Kenaikan Permukaan Laut
13:42 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Kenaikan permukaan laut (Bahasa Inggris: sea level rise) adalah fenomena naiknya permukaan laut yang disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks.
Permukaan laut telah mengalami kenaikan setinggi 120 meter sejak puncak zaman es 18.000 tahun yang lalu. Kenaikan tertinggi muka air laut terjadi sebelum 6.000 tahun yang lalu. Sejak 3.000 tahun yang lalu hingga awal abad ke-19, muka air laut hampir tetap hanya bertambah 0,1 hingga 0,2 mm/tahun; sejak tahun 1900, permukaan laut naik 1 hingga 3 mm/tahun; sejak tahun 1992 satelit altimetri TOPEX/Poseidon mengindikasikan laju kenaikan muka laut sebesar 3 mm/tahun. Perubahan ini bisa jadi merupakan pertanda awal dari efek pemanasan global terhadap kenaikan muka air laut. Pemanasan global diperkirakan memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan muka air laut di abad ke-20 ini.
Muka air laut lokal dan eustatik
Muka laut rata-rata lokal (local mean sea level atau disingkat LMSL) didefinisikan sebagai tinggi laut terhadap titik acu (benchmark) di darat, dirata-ratakan terhadap suatu periode waktu tertentu yang cukup panjang, sebulan atau setahun, sehingga fluktuasi akibat gelombang dan pasang surut sebisa mungkin dapat dihilangkan. Kita juga harus menyesuaikan perubahan LMSL yang diketahui untuk memasukkan pergerakan vertikal daratan yang bisa jadi memiliki orde yang sama dengan orde perubahan muka air laut (mm/tahun). Pergerakan daratan terjadi karena penyesuaian isostatik mantel akibat melelehnya lempengan es di akhir zaman es terakhir. Tekanan atmosferik (efek inversi barometrik), arus laut, dan perubahan temperatur air laut setempat semua dapat mempengaruhi LMSL.
Perubahan eustatik (kebalikan dari perubahan setempat) menghasilkan perubahan terhadap muka air laut global, seperti perubahan volume air di lautan dunia atau perubahan volume di samudera.
Pasang Surut
13:34 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Pasang surut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairan atau samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari. Ada tiga sumber gaya yang saling berinteraksi: laut, matahari, dan bulan. Pasang laut menyebabkan Tperubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut mintakat pasang, dikenal sebagai wilayah ekologi laut yang khas.
Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Tipe pasang laut
Terdapat tiga tipe dasar pasang laut:
* harian (diurnal)
* tengah harian (semidiurnal)
* campuran (mixed tides).
Penyebab pasang laut
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Pasang Surut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.
Pasang laut dan transportasi perairan
Pengetahuan tentang pasang laut sangat diperlukan dalam transportasi perairan, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan.
Untuk dapat meramalkan pasang laut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang laut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang laut yang baru.
Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Tipe pasang laut
Terdapat tiga tipe dasar pasang laut:
* harian (diurnal)
* tengah harian (semidiurnal)
* campuran (mixed tides).
Penyebab pasang laut
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Pasang Surut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.
Pasang laut dan transportasi perairan
Pengetahuan tentang pasang laut sangat diperlukan dalam transportasi perairan, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan.
Untuk dapat meramalkan pasang laut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang laut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang laut yang baru.
Biografi Lionel Messi
13:18 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Lionel Andrés Messi (lahir di Rosario, 24 Juni 1987) adalah seorang pemain sepak bola asal Argentina. Posisinya adalah penyerang. Saat ini ia memperkuat FC Barcelona di La Liga (Liga Spanyol). Kemampuannya sering membuatnya dijuluki sebagai “Diego Maradona baru”.
Pada awalnya pemain bertinggi badan 169 cm ini beraksi di klub Grandoli, klub asuhan Jorge Messi yang tak lain adalah ayahnya Messi. Kemudian ia beralih ke Newell’s Old Boys. Namun klub ini tidak sanggup membayar biaya terapi hormon yang mencapai 500.000 pounds perbulannya. Untunglah Barcelona segera menangkap potensi hebat Leo Messi dan menawarinya pindah ke Spanyol untuk bergabung bersama klub Katalan ini plus membiayai seluruh biaya terapi.
“Saya hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk yakin bahwa dia memang seorang bintang masa depan.” ucap pelatih Barcelona B kala itu, Carles Rexach. “Sepanjang karir saya selama 40 tahun, tak pernah saya melihat seorang pemain yang benar-benar bertalenta. seseorang dengan pengetahuan sepak bola minim pun akan bisa menyadari kemampuan hebat messi.”
Bakatnya menarik perhatian dunia sewaktu beraksi bersama tim nasional sepak bola Argentina di Piala Dunia Remaja dan Barcelona pada tahun 2005. Pada tahun 2006 dia berhasil membantu Barcelona sebelum mengalami cedera dalam perlawanan perempatfinal menentang Chelsea di Liga Champions. Messi yang mempunyai tubuh yang agak kecil ini sangat lincah di atas lapangan dan kerap membuka ruang kepada rekan-rekannya yang memburu gol.
Sepuluh Fakta Menarik Tentang Lionel Messi
Tidak seperti beberapa pemain bintang yang menikmati kehidupan mereka sebagai selebriti, Lionel Messi adalah sosok yang tertutup. Selain dari aksinya di lapangan hijau, ia jarang membuka mulut tentang kehidupan pribadinya. Tapi siapakah yang berani meragukan kemampuannya? Tak bisa disangkal, saat ini ia merupakan roh permainan dari Barcelona dan Argentina. Berikut adalah sepuluh fakta menarik tentang dirinya yang patut Anda simak :
1. Messi merupakan pemain kidal yang serba bisa. Ia mampu tampil sama baiknya di tengah, sayap, maupun sebagai penyerang tengah.>
2. Ketika berusia 11 tahun, ia menderita kekurangan hormon, dan dikhawatirkan tak akan bisa tumbuh secara normal. Klub ternama Argentina, River Plate sempat tertarik untuk merekrutnya, tetapi tak mampu membayar $800 per bulan untuk membiayai pengobatannya. Beruntung Barcelona setuju untuk menanggung semua biaya, asalkan keluarganya bersedia pindah ke Spanyol.
3. Di Tim B Barcelona, ia mencetak 35 gol dalam 30 pertandingan. Prestasinya membuat ia segera naik pangkat ke tim senior pada 2004. Tak sia-sia Barca merekrutnya. Ia menjadi pemain termuda yang pernah mencetak gol untuk timnya di Primera Liga Spanyol pada 2005, saat turun menghadapi Albacete. Usianya baru 17 tahun, sepuluh bulan dan tujuh hari.
4. Ia sering dibandingkan dengan legenda Argentina Diego Maradona, termasuk oleh Maradona sendiri. Golnya pada semi-final Piala Raja 2007 melawan Getafe mengingatkan orang pada “Gol Terbaik Abad Ini” yang dicetak Maradona di Piala Dunia 1986. Media Spanyol menjulukinya “Messidona”.
5. Nyaris tak pernah mengumbar hubungannya dengan wanita, tampaknya pemain bola memang merupakan magnet bagi para model. Kini ia dikabarkan tengah dekat dengan model Luciana Salazar yang berusia 28 tahun, setelah lepas dari Macarena Lemos, yang juga seorang model. Tapi itu tak menyurutkan niat para fans untuk mendekatinya. Di Peru, seorang wanita melompat ke hadapannya dari atas tribun penonton, saat ia berjalan keluar dari lapangan. Messi berusaha memperingatkannya, tetapi wanita itu keburu jatuh terguling di lapangan, sebelum dikeluarkan oleh petugas keamanan.
6. Pintu timnas Spanyol selalu terbuka untuknya, tetapi ia memilih untuk menunggu panggilan dari tanah kelahirannya, Argentina.
7. Pada 2005, Barcelona menawarkan kontrak baru hingga 2010 senilai €150 juta, €30 juta lebih tinggi dari kontrak Ronaldo, yang masih dianggap sebagai pemain terbaik dunia saat itu.
8. Masih di tahun yang sama, ia untuk pertama kalinya mendapat kesempatan untuk tampil di timnas senior Argentina, melawan Hongaria. Setelah hanya 40 detik tampil, ia dikeluarkan karena menyikut pemain lawan Vilmos Vanczak, yang membetot kausnya saat ia berlari. Keputusan wasit itu mengundang kontroversi. Maradona bahkan terang-terangan mendukung aksi Messi.
9. Ia menjadi pemain termuda yang pernah tampil untuk Argentina pada Piala Dunia 2006, saat menghadapi Serbia-Montenegro. Tidak hanya itu, ia juga memecahkan rekor sebagai pencetak gol termuda dalam turnamen itu, dan keenam sepanjang sejarah Piala Dunia.
10. Pada September 2005, Barcelona sekali lagi memperpanjang kontraknya, kali ini hingga 2014. Ia memutuskan untuk berganti kewarganegaraan menjadi Spanyol, dan dengan demikian bisa membela Barca di Primera Liga. Sebelumnya, ia tidak bisa tampil karena klubnya telah memenuhi kuota untuk pemain non Uni Eropa.
tentang Albert Einsten : inspirasiku
20:12 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Albert Einstein (14 Maret 1879–18 April 1955) adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis". Setelah teori relativitas umum dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa bagi seorang ilmuwan. Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan jenius. Wajahnya merupakan salah satu yang paling dikenal di seluruh dunia. Pada tahun 1999, Einstein dinamakan "Orang Abad Ini" oleh majalah Time. Kepopulerannya juga membuat nama "Einstein" digunakan secara luas dalam iklan dan barang dagangan lain, dan akhirnya "Albert Einstein" didaftarkan sebagai merk dagang. Untuk menghargainya, sebuah satuan dalam fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein.
Biografi
1. Masa muda dan universitas
Einstein dilahirkan di Ulm di Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur Stuttgart. Bapaknya bernama Hermann Einstein, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian menjalani pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama Pauline. Mereka menikah di Stuttgart-Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Albert disekolahkan di sekolah Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran biola. Pada umur lima, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya (diteliti setelah kematiannya).
Dia kemudian diberikan penghargaan untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme. Einstein mulai belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan matematika.
Pada tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia ayahnya, Einstein pindah dari Munich ke Pavia, Italia (dekat Milan). Albert tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum bergabung kembali dengan keluarganya di Pavia. Kegagalannya dalam seni liberal dalam tes masuk Eidgenössische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss Federal, di Zurich) pada tahun berikutnya adalah sebuah langkah mundur;j dia oleh keluarganya dikirim ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah menengahnya, di mana dia menerima diploma pada tahun 1896, Einstein beberapa kali mendaftar di Eidgenössische Technische Hochschule. Pada tahun berikutnya dia melepas kewarganegaraan Württemberg, dan menjadi tak bekewarganegaraan.
Pada 1898, Einstein menemui dan jatuh cinta kepada Mileva Maric, seorang Serbia yang merupakan teman kelasnya (juga teman Nikola Tesla). Pada tahun 1900, dia diberikan gelar untuk mengajar oleh Eidgenössische Technische Hochschule dan diterima sebagai warga negar Swiss pada 1901. Selama masa ini Einstein mendiskusikan ketertarikannya terhadap sains kepada teman-teman dekatnya, termasuk Mileva. Dia dan Mileva memiliki seorang putri bernama Lieserl, lahir dalam bulan Januari tahun 1902. Lieserl, pada waktu itu, dianggap tidak legal karena orang tuanya tidak menikah.
2. Kerja dan Gelar Doktor
Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss dalah tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengatahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk, dan belajar dari direktur bagaimana "menjelaskan dirinya secara benar". Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka. Einstein menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Pernikahan Einstein dengan Mileva, seorang matematikawan, adalah pendamping pribadi dan kepandaian; Pada 14 Mei 1904, anak pertama dari pasangan ini, Hans Albert Einstein, lahir.
Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue Bestimmung der Moleküldimensionen" ("On a new determination of molecular dimensions") dalam tahun 1905 dari Universitas Zürich.
Di tahun yang sama dia menulis empat artikel yang memberikan dasar fisika modern, tanpa banyak sastra sains yang dapat ia tunjuk atau banyak kolega dalam sains yang dapat ia diskusikan tentang teorinya. Banyak fisikawan setuju bahwa ketiga thesis itu (tentang gerak Brownian), efek fotoelektrik, dan relativitas spesial) pantas mendapat Penghargaan Nobel. Tetapi hanya thesis tentang efek fotoelektrik yang mendapatkan penghargaan tersebut. Ini adalah sebuah ironi, bukan hanya karena Einstein lebih tahu banyak tentang relativitas, tetapi juga karena efek fotoelektrik adalah sebuah fenomena kuantum, dan Einstein menjadi terbebas dari jalan dalam teori kuantum. Yang membuat thesisnya luar biasa adalah, dalam setiap kasus, Einstein dengan yakin mengambil ide dari teori fisika ke konsekuensi logis dan berhasil menjelaskan hasil eksperimen yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade.
Dia menyerahkan thesis-thesisnya ke "Annalen der Physik". Mereka biasanya ditujukan kepada "Annus Mirabilis Papers" (dari Latin: Tahun luar biasa). Persatuan Fisika Murni dan Aplikasi (IUPAP) merencanakan untuk merayakan 100 tahun publikasi pekerjaan Einstein di tahun 1905 sebagai Tahun Fisika 2005.
3. Gerakan Brownian
Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama "On the Motion—Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat—of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid", mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setlah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial. Sebelum thesis ini, atom dikenal sebagai konsep yang berguan, tetapi fisikawan dan kimiawan berdebat dengan sengit apakah atom benar suatu benda yang nyata. Diskusi statistik Einstein tentang kelakuan atom memberikan pelaku eksperimen sebuah cara untuk menghitung atom hanya dengan melihat melalui mikroskop biasa. Wilhelm Ostwald, seorang pemimpin sekolah anti-atom, kemudian memberitahu Arnold Sommerfeld bahwa ia telah berkonversi kepada penjelasan komplit Einstein tentang gerakan Brownian.
Biografi
1. Masa muda dan universitas
Einstein dilahirkan di Ulm di Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur Stuttgart. Bapaknya bernama Hermann Einstein, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian menjalani pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama Pauline. Mereka menikah di Stuttgart-Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Albert disekolahkan di sekolah Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran biola. Pada umur lima, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya (diteliti setelah kematiannya).
Dia kemudian diberikan penghargaan untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme. Einstein mulai belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan matematika.
Pada tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia ayahnya, Einstein pindah dari Munich ke Pavia, Italia (dekat Milan). Albert tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum bergabung kembali dengan keluarganya di Pavia. Kegagalannya dalam seni liberal dalam tes masuk Eidgenössische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss Federal, di Zurich) pada tahun berikutnya adalah sebuah langkah mundur;j dia oleh keluarganya dikirim ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah menengahnya, di mana dia menerima diploma pada tahun 1896, Einstein beberapa kali mendaftar di Eidgenössische Technische Hochschule. Pada tahun berikutnya dia melepas kewarganegaraan Württemberg, dan menjadi tak bekewarganegaraan.
Pada 1898, Einstein menemui dan jatuh cinta kepada Mileva Maric, seorang Serbia yang merupakan teman kelasnya (juga teman Nikola Tesla). Pada tahun 1900, dia diberikan gelar untuk mengajar oleh Eidgenössische Technische Hochschule dan diterima sebagai warga negar Swiss pada 1901. Selama masa ini Einstein mendiskusikan ketertarikannya terhadap sains kepada teman-teman dekatnya, termasuk Mileva. Dia dan Mileva memiliki seorang putri bernama Lieserl, lahir dalam bulan Januari tahun 1902. Lieserl, pada waktu itu, dianggap tidak legal karena orang tuanya tidak menikah.
2. Kerja dan Gelar Doktor
Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss dalah tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengatahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk, dan belajar dari direktur bagaimana "menjelaskan dirinya secara benar". Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka. Einstein menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Pernikahan Einstein dengan Mileva, seorang matematikawan, adalah pendamping pribadi dan kepandaian; Pada 14 Mei 1904, anak pertama dari pasangan ini, Hans Albert Einstein, lahir.
Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue Bestimmung der Moleküldimensionen" ("On a new determination of molecular dimensions") dalam tahun 1905 dari Universitas Zürich.
Di tahun yang sama dia menulis empat artikel yang memberikan dasar fisika modern, tanpa banyak sastra sains yang dapat ia tunjuk atau banyak kolega dalam sains yang dapat ia diskusikan tentang teorinya. Banyak fisikawan setuju bahwa ketiga thesis itu (tentang gerak Brownian), efek fotoelektrik, dan relativitas spesial) pantas mendapat Penghargaan Nobel. Tetapi hanya thesis tentang efek fotoelektrik yang mendapatkan penghargaan tersebut. Ini adalah sebuah ironi, bukan hanya karena Einstein lebih tahu banyak tentang relativitas, tetapi juga karena efek fotoelektrik adalah sebuah fenomena kuantum, dan Einstein menjadi terbebas dari jalan dalam teori kuantum. Yang membuat thesisnya luar biasa adalah, dalam setiap kasus, Einstein dengan yakin mengambil ide dari teori fisika ke konsekuensi logis dan berhasil menjelaskan hasil eksperimen yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade.
Dia menyerahkan thesis-thesisnya ke "Annalen der Physik". Mereka biasanya ditujukan kepada "Annus Mirabilis Papers" (dari Latin: Tahun luar biasa). Persatuan Fisika Murni dan Aplikasi (IUPAP) merencanakan untuk merayakan 100 tahun publikasi pekerjaan Einstein di tahun 1905 sebagai Tahun Fisika 2005.
3. Gerakan Brownian
Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama "On the Motion—Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat—of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid", mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setlah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial. Sebelum thesis ini, atom dikenal sebagai konsep yang berguan, tetapi fisikawan dan kimiawan berdebat dengan sengit apakah atom benar suatu benda yang nyata. Diskusi statistik Einstein tentang kelakuan atom memberikan pelaku eksperimen sebuah cara untuk menghitung atom hanya dengan melihat melalui mikroskop biasa. Wilhelm Ostwald, seorang pemimpin sekolah anti-atom, kemudian memberitahu Arnold Sommerfeld bahwa ia telah berkonversi kepada penjelasan komplit Einstein tentang gerakan Brownian.
Gelombang adalah gangguan yang merambat
20:11 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Gelombang adalah gangguan yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi gravitasional, yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada medium (yang karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan yang lentur) di mana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Malahan, setiap titik khusus berosilasi di sekitar satu posisi tertentu.
Suatu medium disebut:
1. linear jika gelombang yang berbeda di semua titik tertentu di medium bisa dijumlahkan,
2. terbatas jika terbatas, selain itu disebut tak terbatas
3. seragam jika ciri fisiknya tidak berubah pada titik yang berbeda
4. isotropik jika ciri fisiknya "sama" pada arah yang berbeda
Panjang gelombang adalah sebuah jarak antara satuan berulang dari sebuah pola gelombang. Biasanya memiliki denotasi huruf Yunani lambda (λ).
Dalam sebuah gelombang sinus, panjang gelombang adalah jarak antara puncak:
Axis x mewakilkan panjang, dan I mewakilkan kuantitas yang bervariasi (misalnya tekanan udara untuk sebuah gelombang suara atau kekuatan listrik atau medan magnet untuk cahaya), pada suatu titik dalam fungsi waktu x.
Panjang gelombang λ memiliki hubungan inverse terhadap frekuensi f, jumlah puncak untuk melewati sebuah titik dalam sebuah waktu yang diberikan. Panjan gelombang sama dengan kecepatan jenis gelombang dibagi oleh frekuensi gelombang. Ketika berhadapan dengan radiasi elektromagnetik dalam ruang hampa, kecepatan ini adalah kecepatan cahaya c, untuku sinyal (gelombang) di udara, ini merupakan kecepatan suara di udara. Hubungannya adalah: di mana:
λ = panjang gelombang dari sebuah gelombang suara atau gelombang elektromagnetik
c = kecepatan cahaya dalam vakum = 299,792.458 km/d ~ 300,000 km/d = 300,000,000 m/d atau
c = kecepatan suara dalam udara = 343 m/d pada 20 °C (68 °F)
f = frekuensi gelombang
Gelombang
Pengertian Gelombang
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik.
Jenis-Jenis Gelombang
1. Gelombang transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Satu gelombang terdiri atas satu lembah dan satu bukit, misalnya seperti riak gelombang air, benang yang digetarkan, dsb.
2. Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan. Contoh gelombang longitudinal seperti slingki / pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas.
Istilah Dalam Gelombang Laut
Gelombang adalah getaran yang merambat. Di dalam perambatannya tidak diikuti oleh berpindahnya partikel-partikel perantaranya. Pada hakekatnya gelombang merupakan rambatan energi (energi getaran).
Macam-macam gelombang
Menurut arah getarnya:
• Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Contoh: gelombang pada tali , gelombang permukaan air, gelobang cahaya, dll.
• Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Contoh: gelombang bunyi dan gelombang pada pegas.
Menurut amplitudo dan fasenya :
• Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombng.
• Gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya berubah (tidak sama) di setiap titik yang dilalui gelombang.
Menurut medium perantaranya:
• Gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya memerlukan medium perantara. Hampir semua gelombang merupakan gelombang mekanik.
• Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya tidak memerlukan medium perantara. Contoh : sinar gamma (γ), sinar X, sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang radar, gelombang TV, gelombang radio.
Persamaan umum gelombang
Besaran-besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran-besaran yang dimiliki oleh getaran, antara lain, periode, frekuensi, kecepatan, fase, amplitudo. Ada satu besaran yang dimiliki oleh gelombang tetapi tidak dimiliki oleh getaran, yaitu panjang gelombang.
Gelombang Stasioner (diam)
Gelombang stasioner ini dapat terjadi oleh karena interferensi (penggabungan dua gelombang yaitu gelombang datang dan pantul).
Pantulan gelombang yang terjadi dapat berupa pantulan dengan ujung tetap dan dapat juga pantul pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap, maka gelombang pantul mengalami pembalikan fase (berbeda fase 1800) terhadap gelombang dating.
Penyebab terjadi gelombang laut dipengaruhi beberapa factor berikut:
1. Kecepatan angin
2. Lama angina bertiup dan luas daerah yang terkena pengaruh
3. Kedalaman air laut
4. Adanya getaran kulit bumi di dasar laut
5. Tetapi factor utamanya karena angin dan gempa
Ombak karena angina = biasanya ombak terjadi karena geseran angina dipermukaan air, sebab itu arah gelombang searah dengan arah angina yang menimbulkannya. Tinggi dan besarnya ombak tergantung kekuatan angiin, semakin kencang anginnya semakin tinngi ombaknya.
Ombak Karena Gempa Laut
Sejarah Tsunami di Indonesia
Tsunami adalah istilah dalam bahasa Jepang yang pada dasarnya menyatakan suatu gelombang laut yang terjadi akibat gempa bumi tektonik di dasar laut. Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.
Berdasarkan Katalog gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempabumi tektonik.
Yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah : gempa yang terjadi di dasarkan laut, kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis pensesaran gempa tergolong besar naik atau sesar turun. Hal diatas yang memicu terjadinya tsunami di daerah Kepulauan Seram, Ambon, Kepulauan Banda dan Kepulauan Kai.
Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba 1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.
GELOMBANG
Gelombang adalah getaran yang merambat. Di dalam perambatannya tidak diikuti oleh berpindahnya partikel-partikel perantaranya. Pada hakekatnya gelombang merupakan rambatan energi (energi getaran)
Macam gelombang
Menurut arah getarnya :
- gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Contoh: gelombang pada tali , gelombang permukaan air, gelobang cahaya, dll.
- gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Contoh: gelombang bunyi dan gelombang pada pegas.
Menurut amplitudo dan fasenya :
- gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombng.
- gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya berubah (tidak sama) di setiap titik yang dilalui gelombang.
Menurut medium perantaranya :
- gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya memerlukan medium perantara. Hampir semua gelombang merupakan gelombang mekanik.
- Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya tidak memerlukan medium perantara. Contoh : sinar gamma (γ), sinar X, sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang radar, gelombang TV, gelombang radio.
Persamaan Umum Gelombang
Besaran-besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran-besaran yang dimiliki oleh getaran, antara lain, periode, frekuensi, kecepatan, fase, amplitudo. Ada satu besaran yang dimiliki oleh gelombang tetapi tidak dimiliki oleh getaran, yaitu panjang gelombang.
A
B
C
puncak gelombang
lembah gelombangUntuk memperjelas pengertian, perhatian keterangan dan gambar di bawah ini :
Periode gelombang (T) adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk menempuh satu panjang gelombang penuh.
Panjang gelombang (λ) adalah jarak yang ditempuh dalam waktu satu periode (jarak antara A dan C)
Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap satuan waktu.
Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh gelombang tiap satuan waktu.
v = λ.fDituliskan dengan persamaan : v = , dalam hal ini jika t diambil nilai ekstrem yaitu periode (T), maka S dapat digantikan dengan λ (panjang gelombang). Sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi :
v = , dan karena f = , maka persamaan tersebut juga dapat ditulis sbb:
Keterangn : T = periode ( s )
f = frekuensi ( Hz )
λ = panjang gelombang ( m )
v = cepat rambat gelombang ( m/s )
2. Gelombang stasioner (diam)
Gelombang stasioner ini dapat terjadi oleh karena interferensi (penggabungan dua gelombang yaitu gelombang datang dan gelombang pantul.
Pantulan gelombang yang terjadi dapat berupa pantulan dengan ujung tetap dan dapat juga pantulan dengan ujung bebas. Jika pantulan itu terjadi pada ujung bebas, maka gelombang pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap, maka gelombang pantul mengalami pembalikan fase (berbeda fase 180O) terhadap gelombang datang.
Bentuk gelombang stasioner dapat dilukiskan sebagai berikut:
Ujung pantul
Ujung pantul Untuk ujung pantul bebas: Untuk ujung pantul tetap:
Dari gambar di atas terdapat titik-titik yang memiliki amplitudo terbesar (maks) dan titik-titik yang memiliki amplitudo terkecil (nol).
Titik yang memiliki amplitudo terbesar disebut perut gelombang dan titik yang memiliki amplitudo terkecil disebut simpul gelombng.
Dari gambar di atas dapat disimpulkan juga bahwa pada pantulan ujung bebas, ujung pantul merupakan perut gelombang sedangkan pada pantulan ujung tetap, ujung pantul merupakan simpul gelombang.
Cepat rambat Bunyi
Bunyi dapat merambat padaa 3 jenis zat, yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Cepat rambat bunyi tersebut dapat ditentukan dengan persamaan:
a. pada zat padat
E = modulus Young (N/m2)
ρ = massa jenis zat (kg/m3)
v = cepat rambat bunyi ( m/s )
b. pada zat cair
B = modulus Bulk (N/m2)
ρ = massa jenis zat (kg/m3)
v = cepat rambat bunyi ( m/s )
c. pada zat gas
γ = konstante Laplce
R = konstante umum gas ( R = 8,31 j/molK)
T = suhu mutlak gas ( K )
M = massa molekul gas ( kg/mol)
Suatu medium disebut:
1. linear jika gelombang yang berbeda di semua titik tertentu di medium bisa dijumlahkan,
2. terbatas jika terbatas, selain itu disebut tak terbatas
3. seragam jika ciri fisiknya tidak berubah pada titik yang berbeda
4. isotropik jika ciri fisiknya "sama" pada arah yang berbeda
Panjang gelombang adalah sebuah jarak antara satuan berulang dari sebuah pola gelombang. Biasanya memiliki denotasi huruf Yunani lambda (λ).
Dalam sebuah gelombang sinus, panjang gelombang adalah jarak antara puncak:
Axis x mewakilkan panjang, dan I mewakilkan kuantitas yang bervariasi (misalnya tekanan udara untuk sebuah gelombang suara atau kekuatan listrik atau medan magnet untuk cahaya), pada suatu titik dalam fungsi waktu x.
Panjang gelombang λ memiliki hubungan inverse terhadap frekuensi f, jumlah puncak untuk melewati sebuah titik dalam sebuah waktu yang diberikan. Panjan gelombang sama dengan kecepatan jenis gelombang dibagi oleh frekuensi gelombang. Ketika berhadapan dengan radiasi elektromagnetik dalam ruang hampa, kecepatan ini adalah kecepatan cahaya c, untuku sinyal (gelombang) di udara, ini merupakan kecepatan suara di udara. Hubungannya adalah: di mana:
λ = panjang gelombang dari sebuah gelombang suara atau gelombang elektromagnetik
c = kecepatan cahaya dalam vakum = 299,792.458 km/d ~ 300,000 km/d = 300,000,000 m/d atau
c = kecepatan suara dalam udara = 343 m/d pada 20 °C (68 °F)
f = frekuensi gelombang
Gelombang
Pengertian Gelombang
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik.
Jenis-Jenis Gelombang
1. Gelombang transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Satu gelombang terdiri atas satu lembah dan satu bukit, misalnya seperti riak gelombang air, benang yang digetarkan, dsb.
2. Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan. Contoh gelombang longitudinal seperti slingki / pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas.
Istilah Dalam Gelombang Laut
Gelombang adalah getaran yang merambat. Di dalam perambatannya tidak diikuti oleh berpindahnya partikel-partikel perantaranya. Pada hakekatnya gelombang merupakan rambatan energi (energi getaran).
Macam-macam gelombang
Menurut arah getarnya:
• Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Contoh: gelombang pada tali , gelombang permukaan air, gelobang cahaya, dll.
• Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Contoh: gelombang bunyi dan gelombang pada pegas.
Menurut amplitudo dan fasenya :
• Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombng.
• Gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya berubah (tidak sama) di setiap titik yang dilalui gelombang.
Menurut medium perantaranya:
• Gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya memerlukan medium perantara. Hampir semua gelombang merupakan gelombang mekanik.
• Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya tidak memerlukan medium perantara. Contoh : sinar gamma (γ), sinar X, sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang radar, gelombang TV, gelombang radio.
Persamaan umum gelombang
Besaran-besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran-besaran yang dimiliki oleh getaran, antara lain, periode, frekuensi, kecepatan, fase, amplitudo. Ada satu besaran yang dimiliki oleh gelombang tetapi tidak dimiliki oleh getaran, yaitu panjang gelombang.
Gelombang Stasioner (diam)
Gelombang stasioner ini dapat terjadi oleh karena interferensi (penggabungan dua gelombang yaitu gelombang datang dan pantul).
Pantulan gelombang yang terjadi dapat berupa pantulan dengan ujung tetap dan dapat juga pantul pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap, maka gelombang pantul mengalami pembalikan fase (berbeda fase 1800) terhadap gelombang dating.
Penyebab terjadi gelombang laut dipengaruhi beberapa factor berikut:
1. Kecepatan angin
2. Lama angina bertiup dan luas daerah yang terkena pengaruh
3. Kedalaman air laut
4. Adanya getaran kulit bumi di dasar laut
5. Tetapi factor utamanya karena angin dan gempa
Ombak karena angina = biasanya ombak terjadi karena geseran angina dipermukaan air, sebab itu arah gelombang searah dengan arah angina yang menimbulkannya. Tinggi dan besarnya ombak tergantung kekuatan angiin, semakin kencang anginnya semakin tinngi ombaknya.
Ombak Karena Gempa Laut
Sejarah Tsunami di Indonesia
Tsunami adalah istilah dalam bahasa Jepang yang pada dasarnya menyatakan suatu gelombang laut yang terjadi akibat gempa bumi tektonik di dasar laut. Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.
Berdasarkan Katalog gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempabumi tektonik.
Yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah : gempa yang terjadi di dasarkan laut, kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis pensesaran gempa tergolong besar naik atau sesar turun. Hal diatas yang memicu terjadinya tsunami di daerah Kepulauan Seram, Ambon, Kepulauan Banda dan Kepulauan Kai.
Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba 1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.
GELOMBANG
Gelombang adalah getaran yang merambat. Di dalam perambatannya tidak diikuti oleh berpindahnya partikel-partikel perantaranya. Pada hakekatnya gelombang merupakan rambatan energi (energi getaran)
Macam gelombang
Menurut arah getarnya :
- gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Contoh: gelombang pada tali , gelombang permukaan air, gelobang cahaya, dll.
- gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Contoh: gelombang bunyi dan gelombang pada pegas.
Menurut amplitudo dan fasenya :
- gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombng.
- gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya berubah (tidak sama) di setiap titik yang dilalui gelombang.
Menurut medium perantaranya :
- gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya memerlukan medium perantara. Hampir semua gelombang merupakan gelombang mekanik.
- Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya tidak memerlukan medium perantara. Contoh : sinar gamma (γ), sinar X, sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang radar, gelombang TV, gelombang radio.
Persamaan Umum Gelombang
Besaran-besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran-besaran yang dimiliki oleh getaran, antara lain, periode, frekuensi, kecepatan, fase, amplitudo. Ada satu besaran yang dimiliki oleh gelombang tetapi tidak dimiliki oleh getaran, yaitu panjang gelombang.
A
B
C
puncak gelombang
lembah gelombangUntuk memperjelas pengertian, perhatian keterangan dan gambar di bawah ini :
Periode gelombang (T) adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk menempuh satu panjang gelombang penuh.
Panjang gelombang (λ) adalah jarak yang ditempuh dalam waktu satu periode (jarak antara A dan C)
Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap satuan waktu.
Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh gelombang tiap satuan waktu.
v = λ.fDituliskan dengan persamaan : v = , dalam hal ini jika t diambil nilai ekstrem yaitu periode (T), maka S dapat digantikan dengan λ (panjang gelombang). Sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi :
v = , dan karena f = , maka persamaan tersebut juga dapat ditulis sbb:
Keterangn : T = periode ( s )
f = frekuensi ( Hz )
λ = panjang gelombang ( m )
v = cepat rambat gelombang ( m/s )
2. Gelombang stasioner (diam)
Gelombang stasioner ini dapat terjadi oleh karena interferensi (penggabungan dua gelombang yaitu gelombang datang dan gelombang pantul.
Pantulan gelombang yang terjadi dapat berupa pantulan dengan ujung tetap dan dapat juga pantulan dengan ujung bebas. Jika pantulan itu terjadi pada ujung bebas, maka gelombang pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap, maka gelombang pantul mengalami pembalikan fase (berbeda fase 180O) terhadap gelombang datang.
Bentuk gelombang stasioner dapat dilukiskan sebagai berikut:
Ujung pantul
Ujung pantul Untuk ujung pantul bebas: Untuk ujung pantul tetap:
Dari gambar di atas terdapat titik-titik yang memiliki amplitudo terbesar (maks) dan titik-titik yang memiliki amplitudo terkecil (nol).
Titik yang memiliki amplitudo terbesar disebut perut gelombang dan titik yang memiliki amplitudo terkecil disebut simpul gelombng.
Dari gambar di atas dapat disimpulkan juga bahwa pada pantulan ujung bebas, ujung pantul merupakan perut gelombang sedangkan pada pantulan ujung tetap, ujung pantul merupakan simpul gelombang.
Cepat rambat Bunyi
Bunyi dapat merambat padaa 3 jenis zat, yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Cepat rambat bunyi tersebut dapat ditentukan dengan persamaan:
a. pada zat padat
E = modulus Young (N/m2)
ρ = massa jenis zat (kg/m3)
v = cepat rambat bunyi ( m/s )
b. pada zat cair
B = modulus Bulk (N/m2)
ρ = massa jenis zat (kg/m3)
v = cepat rambat bunyi ( m/s )
c. pada zat gas
γ = konstante Laplce
R = konstante umum gas ( R = 8,31 j/molK)
T = suhu mutlak gas ( K )
M = massa molekul gas ( kg/mol)
Mengembalikan kejayaan bahari
20:05 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Mengembalikan Kejayaan Bangsa Bahari
Oleh Akhmad Solihin
Sejarah merupakan cermin yang jernih dan referensi terpercaya untuk melakukan suatu perubahan guna membangun masa depan yang gemilang. Indonesia dianugerahi sebagai negara maritim dan kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, tidak semata-mata lahir secara kebetulan atau ahistoris, melainkan dari perjalanan panjang sejarah masyarakat Nusantara yang berjiwa bahari seperti tegas, terbuka, kosmopolit, menembus kedangkalan -serta kekerdilan berfikir.
Sikap masyarakat bahari ini bertolak belakang dengan masyarakat agraris yang dicirikan dengan pendeknya wawasan berfikir, terbentuknya watak kerdil dan kemunafikan. Hal ini diungkap tuntas dalam novelnya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul "Arus Balik", suatu novel yang merupakan epos sejarah kejayaan kerajaan-kerajaan pesisir dalam menguasai peradaban, dari segi ekonomi, politik, teknologi hingga militer.
Kejayaan Majapahit dengan kegagahan armada kapalnya dalam mengarungi samudera untuk mempersatukan Nusantara, termaktub dalam janji suci "Sumpah Palapa" Gajah Mada, namun cita-cita suci tersebut kian hari kian terhempas ke dalam kubangan yang memalukan. Hal ini dicerminkan dengan kebijakan yang selama ini hanya bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya daratan (continental orientation) dan memarginalkan sumberdaya lautan (maritime orientation). Akibatnya, sektor kelautan dan perikanan menjadi sektor pinggiran (perypheral), di mana wilayah pesisir hanya menjadi kantung-kantung kemiskinan masyarakat nelayan, seperti terkukuhkannya masyarakat nelayan sebagai masyarakat yang paling miskin dari yang termiskin (poorest of the poor).
Padahal semestinya fenomena kemiskinan di masyarakat pesisir ini tidak terjadi, mengingat mereka hidup di tengah-tengah kekayaan sumberdaya alam yang sangat melimpah. Lebih daripada itu, lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002 telah menorehkan luka yang amat dalam di seluruh jiwa masyarakat Indonesia dan ini membuktikan bahwa rapuhnya visi kebaharian dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia mengubah visi pemerintah dari continental orientation menjadi maritime orientation, sehingga arus balik peradaban kejayaan kerajaan-kerajaan pesisir di masa lalu dapat kembali diraih.
Skenario Kolonialis
Keterpurukan dan ketertinggalan pembangunan di wilayah pesisir dan laut hingga saat ini tidak lepas dari strategi kaum kolonialis Eropa dalam menghancurkan peradaban tertinggi masyarakat Nusantara yang berjiwa bahari. Sebelumnya terciptanya kerdilisasi jiwa masyarakat Nusantara yang dalam proyek besar "kaum kolonialis" Eropa, warga Nusantara telah mampu berlayar sampai ke Madagaskar, Afrika bagian Selatan dan Kepulauan Melanesia di Samudera Pasifik. (Dahuri, 2003). Kenapa proyek kerdilisasi ini dihantamkan kepada masyarakat Nusantara?
Dari sekian jawabannya, semua mengerucut pada satu pemahaman inti, yaitu penghancuran peradaban. Dahuri (2003) mengungkapkan dalam orasi ilmiahnya bahwa periode emas dari kejayaan bahari Nusantara terjadi mulai masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di abad ke-8 hingga abad ke-14. Lalu, kejayaan tersebut disusul oleh bermunculannya kerajaan-kerajaan atau kesultanan-kesultanan Islam yang umumnya terletak di wilayah pesisir, seperti di Pantai Utara Jawa, yaitu Demak, Surabaya, Tuban, Gersik, Jepara, Cirebon dan Banten. Di wilayah pesisir timur Sumatera, yaitu Samudra Pasai, Aceh Darussalam, Kesultanan Riau, Palembang, sementara di Sulawesi, yaitu Makasar dan Bugis, dan Maluku (Ternate dan Tidore).
Proyek kerdilisasi kaum kolonialis Eropa, yang dalam hal ini dilancarkan oleh Portugis dan Belanda dimulai dengan gerakan-gerakan penguasaan kota-kota pesisir secara ekonomi, politik dan militer, kemudian diarahkan dan dipojokkan ke wilayah-wilayah pedalaman. Namun, perang kolonialisme ini mendapat perlawanan yang sengit dari koalisi kerajaan-kerajaan pesisir, akan tetapi dengan segala kecerdikan dan kepicikannya, akhirnya perang ini dimenangkan oleh kerajaan pedalaman, yaitu Mataram yang menjadi kuda tunggangan kaum kolonial.
Kekalahan kerajaan pesisir tersebut telah berhasil menciptakan mesyarakat Nusantara menjadi kerdil, karena kebudayaan pesisir terkikis habis menjadi masyarakat agraris. Lebih dari itu, perubahan kekuasaan laut menjadi kekuatan darat yang berkerut ke pedalaman telah menciptakan kecemerlangan cendikia menjadi kedunguan penalaran, sementara persatuan dan kesatuan berubah menjadi perpecahan yang memandulkan segala kegiatan. (Ishak, 1995).
Oleh karena itu, benar sekali ungkapan Pramoedya Ananta toer bahwasa Indonesia tidak akan habis-habisnya dirundung masalah disintegrasi dan tersendatnya perkembangan. Hal ini disebabkan oleh pimpinan-pimpinan nasional tidak memiliki jiwa dan semangat keberanian, melainkan lebih mengadopsi sifat masyarakat agraris yang dangkal dan penuh dengan eufimismenya.
Dengan demikian, sekenario besar kaum kolonialis Eropa dalam menciptakan masyarakat Nusantara menjadi masyarakat pedalaman telah berhasil. Namun ironisnya, kenyataan ini baru disadari setelah 54 tahun Indonesia merdeka, yaitu dengan dibentuknya lokomotif Departemen Kelautan dan Perikanan untuk menggerakakan gerbong yang selama ini "ditidurkan", kelautan dan perikanan. Akan tetapi muncul pertanyaan, akankah kelautan kembali bangkit dengan hanya digerakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mengingat kompleksnya permasalahan yang ada di dunia kelautan Indonesia?
Membalikkan Peradaban
Hingga saat ini, kehadiran DKP masih belum bisa mengangkat perekonomian nasional. Lebih dari itu, DKP masih berpotensi ria dengan kekayaan alam yang melimpah, seperti selalu terungkapnya luas perairan laut 5,8 juta km2, panjang pantai 81.000 km, potensi ikan 62,5 juta ton/tahun dan lain sebagainya. Memang pernyataan-pernyataan politis seperti itu kadang diperlukan, namun yang lebih diperlukan lagi adalah bagaimana menuntaskan permasalahan-permasalahan klasik yang selama ini menjangkit di tubuh kelautan dan perikanan, seperti kemiskinan, kebodohan, ekonomi biaya tinggi, dan lain sebagainya. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah dibuatkannya kebijakan nasional yang bertumpu pada pembangunan kelautan.
Dua bulan yang lalu secercah harapan masyarakat Indonesia akan kebangkitan bangsa bahari tertuju pada Gerakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Gerbang Mina Bahari) yang dicanangkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 11 Oktober 2003 di Provinsi Gorontalo. Kebijakan tersebut diharapkan menjadi "gerakan kesejahteraan nasional", khususnya bagi masyarakat nelayan. Namun sekali lagi, kebijakan tersebut akan bersifat absurd apabila hanya satu institusi negara yang menggerakannya. Dengan kata lain, kebijakan yang diperlukan adalah bersifat multi sektoral dan lintas departemen.
Dengan meminjam pemikiran Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof Tridoyo Kusumastanto tentang "Ocean Policy", sebenarnya bangsa Indonesia dapat keluar dari krisis yang berkepanjangan ini. Hal tersebut dikarenakan Ocean Policy dapat dijadikan sebagai payung besar dalam mewadahi seluruh kepentingan stakeholder yang mempunyai perhatian terhadap pembangunan sektor kelautan, mengingat pembangunan sektor ini bersifat multi sektoral dan lintas departemen, seperti perikanan, pertambangan minyak dan gas, industri maritim, jasa angkutan laut dan penunjang, pariwisata bahari, bangunan laut dan jasa kelautan lainnya.
* * *
Dengan berkaca pada cermin yang jernih, yaitu sejarah, maka kebijakan pembangunan Indonesia ke depan harus berbasiskan pada pesisir dan laut, maritime orientation. Namun demikian, karena pembangunan maritim bersifat multi sektoral dan lintas departemen serta lingkage, maka diperlukan kerjasama antarinstitusi negara yang dipayungi oleh kebijakan nasional, yaitu ocean policy, sehingga egoisme dan friksi antarsektor yang kerap muncul di masa lalu dapat dieliminir. Harapan pembangunan kelautan dan perikanan menjadi prime mover perekonomian nasional, sebagaimana yang terjadi di negara-negara maritim lainnya, semoga dapat diwujudkan, sehingga manpu mengangkat harkat dan mertabat bangsa Indonesia yang selama ini terpuruk. ***
(Penulis adalah staf peneliti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian Bogor - PKSPL IPB).
Sektor kepariwisataan menunjukkan perkembangan dan kontibusi ekonomi yang cukup menarik dibandingkan dengan sektor lain di saat Indonesia menghadapi masa krisis yang berkepanjangan. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9.18 hari/ orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12.26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh sector pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5.75 milyar US$. Hal ini menunjukkan bahwa kepariwisataan sangat potensial untuk dikembangkan di masa krisis. Salah satu sumberdaya wisata yang sangat potensial yakni wilayah pesisir mempunyai kekayaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentuk alam, struktur historic, adat, budaya dan berbagai sumberdaya yang lain yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Hal ini merupakan karunia dan anugerah Tuhan untuk dapat dikembangkan bagi kesejahteraan manusia. Karena sebagai mahluk yang termulia di beri kuasa untuk memanfaatkan alam serta segala isinya dengan penuh tanggung jawab. Alam dan sekitarnya dengan berbagai keragaman yang tinggi seperti wilayah pesisir mempunyai nilai atraktif dan turistik wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan melalui pariwisata bahari. Keragaman daerah pesisir untuk pariwisata bahari berupa bentuk alamnya dan juga keterkaitan ekologisnya dapat menarik minat wisatawan baik untuk bermain, bersantai atau sekedar menikmati pemandangan.
Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di dalam kegiatan “Clean industry” . Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya (Siti Nurisyah, 1998). Dengan memperhatikan komponen tersebut maka wisata bahari akan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian masyarakat.
Konsep Pariwisata Bahari.
Pembangunan pariwisata di arahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing. Kegiatan tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer laut (Siti Nurisyah, 1998). Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat ( 1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima factor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu :
1. Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu
2. Masyarakat; ekotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan ekonomi langsung kepada masyarakat.
3. Pendidikan dan Pengalaman; Ekotourism harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki
4. Berkelanjutan; Ekotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
5. Manajemen; ekotourism harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.
Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism yang berkelanjutan. Skema Konsep wisata bahari terlihat pada gambar 1.
Manusia
Alam
Ekotourisme
bahari
Out put tak langsunng
Output langsung
Konservasi alam
Out put langsung (Hiburan, Pengetahuan
Input
Input
Gbr. 1. Skema konsep ekotourism Bahari (DKP,2002)
Dari Gambar 1. terlihat bahwa output langsung yang di peroleh berupa hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni adanya insentive yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi alam. Output tidak langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri setiap orang (wisatawan) untuk memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran ini tumbuh sebagai akibat dari kesan yang mendalam yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi secara langsung dengan lingkungan bahari.
Orientasi pemanfaatan utama pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Cultural dan physical aspect merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi yang saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. Gunn (1993) mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan kepada empat aspek yaitu :
1) mempertahankan kelestarian lingkungannya
2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut
3) menjamin kepuasan pengunjung
4) meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zone pengembangannya.
Disamping ke – 4 aspek di atas kemampuan daya dukung untuk setiap kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan secara spatial akan bermakna. Secara umum ragam daya dukung wisata bahari meliputi :
1). Daya dukung ekologis ;Pigram (1983) dalam Nurisyah, S dkk (2001) mengemukakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat maksimal penggunaan suatu kawasan . 2). Daya dukung fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan dalam areal tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas. 3) daya dukung social. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan dimana melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas pengalaman atau kepuasan.4) daya dukung reakreasi merupakan suatu konsep pengelolaan yang menempatkan kegiatan reakreasi dalam berbagai objek yang terkait dengan kemampuan kawasan.
KONSEP RUANG, SIRKULASI dan TAPAK
Manusia dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain karena adanya dorongan serta keinginan untuk mengetahui sesuatu ataupula ada sesuatu yang dirasakan membosankan/tidak menyenangkan sehingga mengarahkan perhatiannya untuk mememperoleh sesuatu yang dinginkannya. Oleh karena itu perencanaan kawasan wisata bahari didasarkan pada konsep ruang dan sirkulasi serta tapak yang ideal dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi pengunjung untuk merasakan sesuatu yang ingin diperolehnnya. Untuk maksud tersebut maka suatu kawasan wisata bahari perlu mempertimbangkan :
1) Jarak atau rute yang praktis dimana semua objek dan elemen sepanjang rute terfasilitasi dan tergambarkan. Ruang sebagai tempat pergerakan manusia hendaknya menunjukkan keharmonisan dan terintegrasi antara satu dengan yang lainnya.
2) KOndisi Lingkungan merupakan objek dalam pergerakan harus sesuai dengan persepsi pengunjung. Dengan demikian kawasan wisata bahari yang dibuat bukan hanya mempertimbangkan objek dengan ruang saja tetapi juga objek dengan pengunjung.
3) Rangkaian unsur –unsur dalam ruang harus tertata dengan baik dan dalam suatu rangkaian yang dapat diintepretasikan oleh pengunjung. Kaitannya dengan tapak yang ideal dari suatu kawasan wisata bahari maka fungsi suatu tapak harus serasi dengan kondisi dari tapak itu sendiri. Ada 3 aspek utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan tapak wisata bahari yaitu :
1) Keterpaduan rencana dan desain; aspek ini mencakup profesionalisme dalam pengembangan kawasan pemilik, pengembang, bank, industri, partisipasi masyarakat dan sebagainya. 2) criteria desain yang digunakan mencakup criteria fungsional, keterpaduan dengan perencanaan lannya, pengalaman pengunjung, otentik, kepuasan, estetika 3). Sustainability dari tapak; aspek ini mencakup eco desaign ethics, tempat –tempat kultural, xeriscape, proteksi sumberdaya alam, peraturan pemerintah dan sebagainya.
Filosofi Pariwisata Bahari berkelanjutan berbasis Masyarakat
Pembangunan berkelanjutan pada umumnya mempunyai sasaran memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi generasi mendatang. Charles Birch dalam Erari K,Ph (1999) membandingkan dunia sekarang ibarat kapal titanic dengan gunung es yang terlihat sebanyak 5 pucuk yang merupakan ancaman bagi kehidupan manusia antara lain : 1) ledakan penduduk, 2) krisis pangan 3) terkurasnya sumberdaya alam diperbaharui 4) pengrusakan lingkungan hidup dan 5) perang. Selanjutnya disebutkan bahwa suatu tuntutan akan perlunya masyarakat yang berkelanjutan , dan panggilan kemanusiaan untuk bertindak sedemikian rupa agar kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya menikmati hidup berkelanjutan di tengah keterbatasan dunia. Hal ini menunjukkan walaupun dunia yang diibaratkan tersebut maka peranan masyarakat untuk memelihara lingkungan demi kehidupan masa mendatang. Dengan demikian bahwa pariwisata berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan dan partisipatif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kata lain bahwa pengelolaan sumberdaya wisata bahari dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, social dan estetika dapat terpenuhi dengan memelihara integritas cultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan.
Agar supaya wisata bahari dapat berkelanjutan maka produk pariwisata bahari yang ditampilkan harus harmonis dengan lingkungan local spesifik.
Dengan demikian masyarakat akan peduli terhadap sumberadaya wisata karena memberikan manfaat sehingga masyarakat merasakan kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan dalam kehidupannya. Cernea ( 1991) dalam Lindberg K and D E, Hawkins (1995) mengemukakan bahwa partisipasi local memberikan banyak peluang secara efektif dalam kegiatan pembangunan dimana hal ini berarti bahwa memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran social dan bukan subjek pasif untuk mengelola sumberdaya membuat keputusan dan melakukan control terhadap kegiatan –kegiatan yang mempengaruh kehidupan sesuai dengan kemampuan mereka. Adanya kegiatan wisata bahari haruslah menjamin kelestarian lingkungannya terutama yang terkait dengan sumberdaya hayati renewable maupun non renewable sehingga dapatmenjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut. Di Kawasan wisata Nusa Dua Bali, Kawasan reakreasi Mangrove sungai Buloh di Singapore, Kawasan Pantai Copacabana di Rio de Jeneiro (Brasil), Kawasan Historik Puerto Madero Buenos aires (Argentina) dan Pantai Wisata di Hawaii merupakan contoh bagi pengembangan wisata bahari yng cukup terkenal di Dunia. Selain di Bali di wilayah pesisir di beberapa daerah di Indonesia sangat potensial bagi pengembangan wisata bahari karena berbagai ekosistem dan ekologis setempat disamping budaya yang khas serta sejarah masa lampau sebagai bangsa bahari dapat di racik sebagai aktraksi wisata bahari.
Seperti halnya di beberapa kawasan poensial pengembangan wiasata bahari antara lain di Kepulauan Raja Ampat Sorong yang memiliki ekosistem terumbu karang yang terlengkap dan terbaik didunia (ekosistem), dari segi budaya masyakat setempat dengan pola hidup,adat dan budaya yang khas merupakan modal bagi pengembangan wisat bahari berbasis masyarakat. Jenis wisata bahari dengan memanfaatkan diantaranya berperahu, snorkeling, diving, berenang serta kegiatan di bagian daratatnya berupa piknik olahraga pantai serta menikmati atmosfer laut dsbnya. Contoh lainnya Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan Bandar bahari 4 Zaman yakni Zaman Hindu, Islam, Kolonial dan Zaman Kemerdekaan. Sangat potensial untuk dikembangkan untuk tujuan wisata budaya bahari. Selain sumberdaya fisik dan alami maka sumberdaya lain seperti aspek budaya, sejarah menjadi salah satu atraksi yang dapat mendukung pengembangan kawasan wisata bahari hal ini didukung oleh keterkaitan etnik, yang tinggi yang dimiliki oleh wilayah pesisir. Walaupun mempunyai potensi untuk dikembangkan tanpa dukungan sarana prasarana transportasi, atraksi yang menarik, pelayanan yang baik serta informasi dan promosi maka kurang dikenal. Oleh karena itu Sumberdaya pesisir dan lautan untuk wisata bahari dapat dikembangkan menjadi suatu pariwisata yang marketable jika memenuhi persayaratan s
Atraksi
Service
Promosi
Informasi
Transportasi
Finance
Labor
Oragnisation
leadership
Cultural
resource
Entreprenneurship
Govermental
policy
Community
Natural Resources
Competition
Dari Gambar 3 bahwa factor luar sangat berperanan bagi keberhasilan pengembangan wisata bahari. Pendekatan pengembangan wisata Bahari berkelanjutan sesuai tujuan tidak mengurangi kesejahteraan generasi masa yang akan datang.
Dengan demikian sumberdaya pariwisata bahari akan berhasil dengan adanya ukuran keberhasilan mencakup kepuasan pengunjung, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Secara Harafiah pembangunan berkelanjutan yaitu pemmbangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang. Bahwa pembangunan pariwisata bahari berkelanjutan tidak boleh membahayakan sistem alam yang mendukung semua aspek kehidupan. Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mengacu kepada upaya pemeliharaan sistem alam yang bertujuan untuk kesejateraan masyarakat.
Oleh Akhmad Solihin
Sejarah merupakan cermin yang jernih dan referensi terpercaya untuk melakukan suatu perubahan guna membangun masa depan yang gemilang. Indonesia dianugerahi sebagai negara maritim dan kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, tidak semata-mata lahir secara kebetulan atau ahistoris, melainkan dari perjalanan panjang sejarah masyarakat Nusantara yang berjiwa bahari seperti tegas, terbuka, kosmopolit, menembus kedangkalan -serta kekerdilan berfikir.
Sikap masyarakat bahari ini bertolak belakang dengan masyarakat agraris yang dicirikan dengan pendeknya wawasan berfikir, terbentuknya watak kerdil dan kemunafikan. Hal ini diungkap tuntas dalam novelnya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul "Arus Balik", suatu novel yang merupakan epos sejarah kejayaan kerajaan-kerajaan pesisir dalam menguasai peradaban, dari segi ekonomi, politik, teknologi hingga militer.
Kejayaan Majapahit dengan kegagahan armada kapalnya dalam mengarungi samudera untuk mempersatukan Nusantara, termaktub dalam janji suci "Sumpah Palapa" Gajah Mada, namun cita-cita suci tersebut kian hari kian terhempas ke dalam kubangan yang memalukan. Hal ini dicerminkan dengan kebijakan yang selama ini hanya bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya daratan (continental orientation) dan memarginalkan sumberdaya lautan (maritime orientation). Akibatnya, sektor kelautan dan perikanan menjadi sektor pinggiran (perypheral), di mana wilayah pesisir hanya menjadi kantung-kantung kemiskinan masyarakat nelayan, seperti terkukuhkannya masyarakat nelayan sebagai masyarakat yang paling miskin dari yang termiskin (poorest of the poor).
Padahal semestinya fenomena kemiskinan di masyarakat pesisir ini tidak terjadi, mengingat mereka hidup di tengah-tengah kekayaan sumberdaya alam yang sangat melimpah. Lebih daripada itu, lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002 telah menorehkan luka yang amat dalam di seluruh jiwa masyarakat Indonesia dan ini membuktikan bahwa rapuhnya visi kebaharian dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia mengubah visi pemerintah dari continental orientation menjadi maritime orientation, sehingga arus balik peradaban kejayaan kerajaan-kerajaan pesisir di masa lalu dapat kembali diraih.
Skenario Kolonialis
Keterpurukan dan ketertinggalan pembangunan di wilayah pesisir dan laut hingga saat ini tidak lepas dari strategi kaum kolonialis Eropa dalam menghancurkan peradaban tertinggi masyarakat Nusantara yang berjiwa bahari. Sebelumnya terciptanya kerdilisasi jiwa masyarakat Nusantara yang dalam proyek besar "kaum kolonialis" Eropa, warga Nusantara telah mampu berlayar sampai ke Madagaskar, Afrika bagian Selatan dan Kepulauan Melanesia di Samudera Pasifik. (Dahuri, 2003). Kenapa proyek kerdilisasi ini dihantamkan kepada masyarakat Nusantara?
Dari sekian jawabannya, semua mengerucut pada satu pemahaman inti, yaitu penghancuran peradaban. Dahuri (2003) mengungkapkan dalam orasi ilmiahnya bahwa periode emas dari kejayaan bahari Nusantara terjadi mulai masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di abad ke-8 hingga abad ke-14. Lalu, kejayaan tersebut disusul oleh bermunculannya kerajaan-kerajaan atau kesultanan-kesultanan Islam yang umumnya terletak di wilayah pesisir, seperti di Pantai Utara Jawa, yaitu Demak, Surabaya, Tuban, Gersik, Jepara, Cirebon dan Banten. Di wilayah pesisir timur Sumatera, yaitu Samudra Pasai, Aceh Darussalam, Kesultanan Riau, Palembang, sementara di Sulawesi, yaitu Makasar dan Bugis, dan Maluku (Ternate dan Tidore).
Proyek kerdilisasi kaum kolonialis Eropa, yang dalam hal ini dilancarkan oleh Portugis dan Belanda dimulai dengan gerakan-gerakan penguasaan kota-kota pesisir secara ekonomi, politik dan militer, kemudian diarahkan dan dipojokkan ke wilayah-wilayah pedalaman. Namun, perang kolonialisme ini mendapat perlawanan yang sengit dari koalisi kerajaan-kerajaan pesisir, akan tetapi dengan segala kecerdikan dan kepicikannya, akhirnya perang ini dimenangkan oleh kerajaan pedalaman, yaitu Mataram yang menjadi kuda tunggangan kaum kolonial.
Kekalahan kerajaan pesisir tersebut telah berhasil menciptakan mesyarakat Nusantara menjadi kerdil, karena kebudayaan pesisir terkikis habis menjadi masyarakat agraris. Lebih dari itu, perubahan kekuasaan laut menjadi kekuatan darat yang berkerut ke pedalaman telah menciptakan kecemerlangan cendikia menjadi kedunguan penalaran, sementara persatuan dan kesatuan berubah menjadi perpecahan yang memandulkan segala kegiatan. (Ishak, 1995).
Oleh karena itu, benar sekali ungkapan Pramoedya Ananta toer bahwasa Indonesia tidak akan habis-habisnya dirundung masalah disintegrasi dan tersendatnya perkembangan. Hal ini disebabkan oleh pimpinan-pimpinan nasional tidak memiliki jiwa dan semangat keberanian, melainkan lebih mengadopsi sifat masyarakat agraris yang dangkal dan penuh dengan eufimismenya.
Dengan demikian, sekenario besar kaum kolonialis Eropa dalam menciptakan masyarakat Nusantara menjadi masyarakat pedalaman telah berhasil. Namun ironisnya, kenyataan ini baru disadari setelah 54 tahun Indonesia merdeka, yaitu dengan dibentuknya lokomotif Departemen Kelautan dan Perikanan untuk menggerakakan gerbong yang selama ini "ditidurkan", kelautan dan perikanan. Akan tetapi muncul pertanyaan, akankah kelautan kembali bangkit dengan hanya digerakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mengingat kompleksnya permasalahan yang ada di dunia kelautan Indonesia?
Membalikkan Peradaban
Hingga saat ini, kehadiran DKP masih belum bisa mengangkat perekonomian nasional. Lebih dari itu, DKP masih berpotensi ria dengan kekayaan alam yang melimpah, seperti selalu terungkapnya luas perairan laut 5,8 juta km2, panjang pantai 81.000 km, potensi ikan 62,5 juta ton/tahun dan lain sebagainya. Memang pernyataan-pernyataan politis seperti itu kadang diperlukan, namun yang lebih diperlukan lagi adalah bagaimana menuntaskan permasalahan-permasalahan klasik yang selama ini menjangkit di tubuh kelautan dan perikanan, seperti kemiskinan, kebodohan, ekonomi biaya tinggi, dan lain sebagainya. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah dibuatkannya kebijakan nasional yang bertumpu pada pembangunan kelautan.
Dua bulan yang lalu secercah harapan masyarakat Indonesia akan kebangkitan bangsa bahari tertuju pada Gerakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Gerbang Mina Bahari) yang dicanangkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 11 Oktober 2003 di Provinsi Gorontalo. Kebijakan tersebut diharapkan menjadi "gerakan kesejahteraan nasional", khususnya bagi masyarakat nelayan. Namun sekali lagi, kebijakan tersebut akan bersifat absurd apabila hanya satu institusi negara yang menggerakannya. Dengan kata lain, kebijakan yang diperlukan adalah bersifat multi sektoral dan lintas departemen.
Dengan meminjam pemikiran Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof Tridoyo Kusumastanto tentang "Ocean Policy", sebenarnya bangsa Indonesia dapat keluar dari krisis yang berkepanjangan ini. Hal tersebut dikarenakan Ocean Policy dapat dijadikan sebagai payung besar dalam mewadahi seluruh kepentingan stakeholder yang mempunyai perhatian terhadap pembangunan sektor kelautan, mengingat pembangunan sektor ini bersifat multi sektoral dan lintas departemen, seperti perikanan, pertambangan minyak dan gas, industri maritim, jasa angkutan laut dan penunjang, pariwisata bahari, bangunan laut dan jasa kelautan lainnya.
* * *
Dengan berkaca pada cermin yang jernih, yaitu sejarah, maka kebijakan pembangunan Indonesia ke depan harus berbasiskan pada pesisir dan laut, maritime orientation. Namun demikian, karena pembangunan maritim bersifat multi sektoral dan lintas departemen serta lingkage, maka diperlukan kerjasama antarinstitusi negara yang dipayungi oleh kebijakan nasional, yaitu ocean policy, sehingga egoisme dan friksi antarsektor yang kerap muncul di masa lalu dapat dieliminir. Harapan pembangunan kelautan dan perikanan menjadi prime mover perekonomian nasional, sebagaimana yang terjadi di negara-negara maritim lainnya, semoga dapat diwujudkan, sehingga manpu mengangkat harkat dan mertabat bangsa Indonesia yang selama ini terpuruk. ***
(Penulis adalah staf peneliti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian Bogor - PKSPL IPB).
Sektor kepariwisataan menunjukkan perkembangan dan kontibusi ekonomi yang cukup menarik dibandingkan dengan sektor lain di saat Indonesia menghadapi masa krisis yang berkepanjangan. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9.18 hari/ orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12.26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh sector pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5.75 milyar US$. Hal ini menunjukkan bahwa kepariwisataan sangat potensial untuk dikembangkan di masa krisis. Salah satu sumberdaya wisata yang sangat potensial yakni wilayah pesisir mempunyai kekayaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentuk alam, struktur historic, adat, budaya dan berbagai sumberdaya yang lain yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Hal ini merupakan karunia dan anugerah Tuhan untuk dapat dikembangkan bagi kesejahteraan manusia. Karena sebagai mahluk yang termulia di beri kuasa untuk memanfaatkan alam serta segala isinya dengan penuh tanggung jawab. Alam dan sekitarnya dengan berbagai keragaman yang tinggi seperti wilayah pesisir mempunyai nilai atraktif dan turistik wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan melalui pariwisata bahari. Keragaman daerah pesisir untuk pariwisata bahari berupa bentuk alamnya dan juga keterkaitan ekologisnya dapat menarik minat wisatawan baik untuk bermain, bersantai atau sekedar menikmati pemandangan.
Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di dalam kegiatan “Clean industry” . Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya (Siti Nurisyah, 1998). Dengan memperhatikan komponen tersebut maka wisata bahari akan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian masyarakat.
Konsep Pariwisata Bahari.
Pembangunan pariwisata di arahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing. Kegiatan tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer laut (Siti Nurisyah, 1998). Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat ( 1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima factor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu :
1. Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu
2. Masyarakat; ekotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan ekonomi langsung kepada masyarakat.
3. Pendidikan dan Pengalaman; Ekotourism harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki
4. Berkelanjutan; Ekotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
5. Manajemen; ekotourism harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.
Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism yang berkelanjutan. Skema Konsep wisata bahari terlihat pada gambar 1.
Manusia
Alam
Ekotourisme
bahari
Out put tak langsunng
Output langsung
Konservasi alam
Out put langsung (Hiburan, Pengetahuan
Input
Input
Gbr. 1. Skema konsep ekotourism Bahari (DKP,2002)
Dari Gambar 1. terlihat bahwa output langsung yang di peroleh berupa hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni adanya insentive yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi alam. Output tidak langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri setiap orang (wisatawan) untuk memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran ini tumbuh sebagai akibat dari kesan yang mendalam yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi secara langsung dengan lingkungan bahari.
Orientasi pemanfaatan utama pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Cultural dan physical aspect merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi yang saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. Gunn (1993) mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan kepada empat aspek yaitu :
1) mempertahankan kelestarian lingkungannya
2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut
3) menjamin kepuasan pengunjung
4) meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zone pengembangannya.
Disamping ke – 4 aspek di atas kemampuan daya dukung untuk setiap kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan secara spatial akan bermakna. Secara umum ragam daya dukung wisata bahari meliputi :
1). Daya dukung ekologis ;Pigram (1983) dalam Nurisyah, S dkk (2001) mengemukakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat maksimal penggunaan suatu kawasan . 2). Daya dukung fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan dalam areal tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas. 3) daya dukung social. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan dimana melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas pengalaman atau kepuasan.4) daya dukung reakreasi merupakan suatu konsep pengelolaan yang menempatkan kegiatan reakreasi dalam berbagai objek yang terkait dengan kemampuan kawasan.
KONSEP RUANG, SIRKULASI dan TAPAK
Manusia dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain karena adanya dorongan serta keinginan untuk mengetahui sesuatu ataupula ada sesuatu yang dirasakan membosankan/tidak menyenangkan sehingga mengarahkan perhatiannya untuk mememperoleh sesuatu yang dinginkannya. Oleh karena itu perencanaan kawasan wisata bahari didasarkan pada konsep ruang dan sirkulasi serta tapak yang ideal dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi pengunjung untuk merasakan sesuatu yang ingin diperolehnnya. Untuk maksud tersebut maka suatu kawasan wisata bahari perlu mempertimbangkan :
1) Jarak atau rute yang praktis dimana semua objek dan elemen sepanjang rute terfasilitasi dan tergambarkan. Ruang sebagai tempat pergerakan manusia hendaknya menunjukkan keharmonisan dan terintegrasi antara satu dengan yang lainnya.
2) KOndisi Lingkungan merupakan objek dalam pergerakan harus sesuai dengan persepsi pengunjung. Dengan demikian kawasan wisata bahari yang dibuat bukan hanya mempertimbangkan objek dengan ruang saja tetapi juga objek dengan pengunjung.
3) Rangkaian unsur –unsur dalam ruang harus tertata dengan baik dan dalam suatu rangkaian yang dapat diintepretasikan oleh pengunjung. Kaitannya dengan tapak yang ideal dari suatu kawasan wisata bahari maka fungsi suatu tapak harus serasi dengan kondisi dari tapak itu sendiri. Ada 3 aspek utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan tapak wisata bahari yaitu :
1) Keterpaduan rencana dan desain; aspek ini mencakup profesionalisme dalam pengembangan kawasan pemilik, pengembang, bank, industri, partisipasi masyarakat dan sebagainya. 2) criteria desain yang digunakan mencakup criteria fungsional, keterpaduan dengan perencanaan lannya, pengalaman pengunjung, otentik, kepuasan, estetika 3). Sustainability dari tapak; aspek ini mencakup eco desaign ethics, tempat –tempat kultural, xeriscape, proteksi sumberdaya alam, peraturan pemerintah dan sebagainya.
Filosofi Pariwisata Bahari berkelanjutan berbasis Masyarakat
Pembangunan berkelanjutan pada umumnya mempunyai sasaran memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi generasi mendatang. Charles Birch dalam Erari K,Ph (1999) membandingkan dunia sekarang ibarat kapal titanic dengan gunung es yang terlihat sebanyak 5 pucuk yang merupakan ancaman bagi kehidupan manusia antara lain : 1) ledakan penduduk, 2) krisis pangan 3) terkurasnya sumberdaya alam diperbaharui 4) pengrusakan lingkungan hidup dan 5) perang. Selanjutnya disebutkan bahwa suatu tuntutan akan perlunya masyarakat yang berkelanjutan , dan panggilan kemanusiaan untuk bertindak sedemikian rupa agar kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya menikmati hidup berkelanjutan di tengah keterbatasan dunia. Hal ini menunjukkan walaupun dunia yang diibaratkan tersebut maka peranan masyarakat untuk memelihara lingkungan demi kehidupan masa mendatang. Dengan demikian bahwa pariwisata berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan dan partisipatif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kata lain bahwa pengelolaan sumberdaya wisata bahari dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, social dan estetika dapat terpenuhi dengan memelihara integritas cultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan.
Agar supaya wisata bahari dapat berkelanjutan maka produk pariwisata bahari yang ditampilkan harus harmonis dengan lingkungan local spesifik.
Dengan demikian masyarakat akan peduli terhadap sumberadaya wisata karena memberikan manfaat sehingga masyarakat merasakan kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan dalam kehidupannya. Cernea ( 1991) dalam Lindberg K and D E, Hawkins (1995) mengemukakan bahwa partisipasi local memberikan banyak peluang secara efektif dalam kegiatan pembangunan dimana hal ini berarti bahwa memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran social dan bukan subjek pasif untuk mengelola sumberdaya membuat keputusan dan melakukan control terhadap kegiatan –kegiatan yang mempengaruh kehidupan sesuai dengan kemampuan mereka. Adanya kegiatan wisata bahari haruslah menjamin kelestarian lingkungannya terutama yang terkait dengan sumberdaya hayati renewable maupun non renewable sehingga dapatmenjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut. Di Kawasan wisata Nusa Dua Bali, Kawasan reakreasi Mangrove sungai Buloh di Singapore, Kawasan Pantai Copacabana di Rio de Jeneiro (Brasil), Kawasan Historik Puerto Madero Buenos aires (Argentina) dan Pantai Wisata di Hawaii merupakan contoh bagi pengembangan wisata bahari yng cukup terkenal di Dunia. Selain di Bali di wilayah pesisir di beberapa daerah di Indonesia sangat potensial bagi pengembangan wisata bahari karena berbagai ekosistem dan ekologis setempat disamping budaya yang khas serta sejarah masa lampau sebagai bangsa bahari dapat di racik sebagai aktraksi wisata bahari.
Seperti halnya di beberapa kawasan poensial pengembangan wiasata bahari antara lain di Kepulauan Raja Ampat Sorong yang memiliki ekosistem terumbu karang yang terlengkap dan terbaik didunia (ekosistem), dari segi budaya masyakat setempat dengan pola hidup,adat dan budaya yang khas merupakan modal bagi pengembangan wisat bahari berbasis masyarakat. Jenis wisata bahari dengan memanfaatkan diantaranya berperahu, snorkeling, diving, berenang serta kegiatan di bagian daratatnya berupa piknik olahraga pantai serta menikmati atmosfer laut dsbnya. Contoh lainnya Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan Bandar bahari 4 Zaman yakni Zaman Hindu, Islam, Kolonial dan Zaman Kemerdekaan. Sangat potensial untuk dikembangkan untuk tujuan wisata budaya bahari. Selain sumberdaya fisik dan alami maka sumberdaya lain seperti aspek budaya, sejarah menjadi salah satu atraksi yang dapat mendukung pengembangan kawasan wisata bahari hal ini didukung oleh keterkaitan etnik, yang tinggi yang dimiliki oleh wilayah pesisir. Walaupun mempunyai potensi untuk dikembangkan tanpa dukungan sarana prasarana transportasi, atraksi yang menarik, pelayanan yang baik serta informasi dan promosi maka kurang dikenal. Oleh karena itu Sumberdaya pesisir dan lautan untuk wisata bahari dapat dikembangkan menjadi suatu pariwisata yang marketable jika memenuhi persayaratan s
Atraksi
Service
Promosi
Informasi
Transportasi
Finance
Labor
Oragnisation
leadership
Cultural
resource
Entreprenneurship
Govermental
policy
Community
Natural Resources
Competition
Dari Gambar 3 bahwa factor luar sangat berperanan bagi keberhasilan pengembangan wisata bahari. Pendekatan pengembangan wisata Bahari berkelanjutan sesuai tujuan tidak mengurangi kesejahteraan generasi masa yang akan datang.
Dengan demikian sumberdaya pariwisata bahari akan berhasil dengan adanya ukuran keberhasilan mencakup kepuasan pengunjung, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Secara Harafiah pembangunan berkelanjutan yaitu pemmbangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang. Bahwa pembangunan pariwisata bahari berkelanjutan tidak boleh membahayakan sistem alam yang mendukung semua aspek kehidupan. Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mengacu kepada upaya pemeliharaan sistem alam yang bertujuan untuk kesejateraan masyarakat.
Pelabuhan untuk ekonomi negara
19:58 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Jadikan pelabuhan donor ekonomi negara, Paradigma tentang pelabuhan akan berubah
By: daniri
Bisnis Indonesia, Senin, 12 Januari 2009
Para pengguna jasa pelabuhan mengeluhkan bahwa dari 114 pelabuhan umum di Indonesia, tidak ada satu pun yang memenuhi standar pelayanan. Ada dua pelabuhan yang mendekati lumayan, yakni Jakarta dan Surabaya.
Namun, keduanya masih belum memenuhi standar yang mengacu ke peraturan International Maritime Organization (IMO) dan International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code.
Standar itu terkait dengan kelengkapan peralatan, kecepatan bongkar muat, ketersediaan infrastruktur, lapangan penumpukan, dan kedalaman laut bagi bersandarnya kapal-kapal besar. Semestinya, selain karena wilayah lautan yang luas dan letaknya yang amat strategis, Indonesia mampu menggunakan keunggulan geografis itu untuk mendapatkan keuntungan ekonomis jauh lebih besar daripada yang dihasilkan sekarang.
Diperkirakan lebih dari 60.000 kapal niaga melewati perairan Indonesia. Namun, karena tidak satu pun pelabuhan laut kita memenuhi standar internasional untuk mereka membuang sauh, mereka lebih memilih pelabuhan Singapura atau Malaysia untuk berlabuh dan menjadikannya international hub.
Pelabuhan adalah bagian tidak terpisahkan dari sistem perekonomian dan perdagangan dunia. Sebagian besar perpindahan barang antarbenua terjadi melalui pelabuhan laut. Pembenahan sarana dan prasarana di sektor perhubungan laut ini harus diperhatikan secara serius. Pemerintah, khususnya Departemen Perhubungan, harus memastikan pemenuhan standar IMO dan ISPS Code. Di sana harus ditetapkan sistem insentif bagi yang memenuhi standar dan disinsentif bagi yang tidak.
Jika kinerja pelabuhan Indonesia dapat diperbaiki, itu dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara. Ini karena pelabuhan mempunyai fungsi strategis dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Elfrida Gultom (2003) menyebut berdasarkan pengamatan di empat pelabuhan utama, yaitu Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya) dan Sukarno Hatta (Makassar) penyebab tidak efektif dan efisiennya pelabuhan Indonesia, adalah fasilitas pendukung pelayanan pelabuhan yang sangat minim sehingga tidak optimal dalam melaksanakan tugasnya di lapangan.
Citra keempat BUMN ini juga buruk di mata masyarakat, karena kegiatan usaha di seluruh pelabuhan umumnya dicampuri berbagai instansi lain. Jalur birokrasi terlalu bertele-tele dan menghambat. Ini dilakukan oleh para pengelola pelabuhan itu sendiri, yaitu fungsi pemerintahan yang menjalankan tertib administratif (ADPEL), karantina hewan dan tumbuhan, bea dan cukai, imigrasi dan fungsi Pengusahaan Pelayanan Jasa PT Pelindo.
Sistem keamanan dan ketertiban pelabuhan sangat menghambat kemajuan pelabuhan Indonesia yang disebabkan dan diciptakan sendiri oleh perilaku aparat itu sendiri, antara lain premanisme dan pungutan tidak resmi yang diterapkan oleh mereka sendiri.
Kinerja di antara instansi pemerintahan dan PT Pelindo tidak terkoordinasi dengan baik sehingga berimbas pada pelayanan yang tidak optimal. Para pengguna jasa pelabuhan umumnya juga tidak puas dengan cara kerja PBM (perusahaan bongkar muat), TKBM (tenaga kerja bongkar muat). Hubungan antara peraturan-peraturan pelabuhan yang berlaku berbeda dengan pelaksanaannya di lapangan.
Penyimpangan aturan
Ada penyimpangan peraturan oleh para aparat di lapangan. Keadaan ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang berkarat. Bagaimana pendapatan devisa negara akan terus meningkat bila terjadi penyimpangan dana yang seharusnya masuk ke kas negara tapi digelapkan. Contohnya, barang yang seharusnya seberat 10 kg dan harus dibayarkan sebesar yang ditetapkan sesuai dengan berat barang tersebut, dapat dibuat seberat hanya 5 kg, kemudian, 5 kg sisanya dapat dibagi antara para pelaksana lapangan dan pengguna jasa itu sendiri.
Di Singapura dan Malaysia, efisiensi, loyalitas, dan rasa nasionalisme dari para pekerjanya sangat tinggi. Ini diikuti dengan ketaatan para penegak hukumnya pada aturan yang berlaku. Lagipula tidak ada birokrasi yang berbelit-belit. Tidak ada koordinasi dalam pembagian tugas dan wewenang antarpihak yang melaksanakan kegiatan fungsi kepelabuhanan di Indonesia, bahkan sering terjadi benturan pelaksanaan. Yang menjadi masalah adalah tidak adanya peraturan yang menjadi leading sector untuk mengatasi benturan kepentingan tersebut.
Sebagai contoh, begitu kapal masuk ke pelabuhan Singapura atau Malaysia mereka akan memberitahukan kepada pejabat yang bertugas di pelabuhan tersebut. Mereka akan memberitahukan posisi kapal dan barang yang akan dibongkar atau dimuat. Instansi pemerintah lalu datang langsung ke posisi yang telah diinformasikan oleh kapal tersebut.
Instansi yang datang pertama adalah pihak kesehatan. Ini untuk melihat apakah kapal tersebut dalam kondisi sehat atau membawa bibit penyakit. Lalu, ini disusul dengan instansi lain. Waktu untuk melakukan pengawasan tersebut tidak lebih dari 2 jam. Apabila pihak kapal memberikan informasi salah akan didenda 1%. Namun, apabila kesalahan dilakukan oleh pemerintah, akan didenda 50%.
Informasi hanya dilakukan per telepon saja. Ada asas kepercayaan, dan tindakan untuk melayani kapal yang datang. Ini langsung dilakukan oleh para pejabat yang bertugas di lapangan. Begitu selesai pengawasan oleh pihak pejabat, kapal pandu akan datang memandu kapal untuk sandar.
Oleh karena pelabuhan tempat kegiatan ekonomi (PP 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan dan UU No 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran) dan pintu gerbang bagi segala kegiatan, baik antarnegara maupun kepulauan, sudah saatnya segala pihak yang turut memeriahkan kegiatan di pelabuhan sadar diri untuk turut mengembangkan kinerjanya, agar pelabuhan dapat menjadi donor dari perekonomian negara.
Kita berharap paradigma tentang pelabuhan Indonesia akan berubah. Pelabuhan dapat memacu pertumbuhan ekonomi bangsa. Ini karena kinerjanya yang efektif dan efisien mengundang kapal-kapal asing untuk singgah dan melakukan kegiatannya dan pemasukan pelabuhan bertambah sehingga dapat menyumbangkan devisa bagi negara.
By: daniri
Bisnis Indonesia, Senin, 12 Januari 2009
Para pengguna jasa pelabuhan mengeluhkan bahwa dari 114 pelabuhan umum di Indonesia, tidak ada satu pun yang memenuhi standar pelayanan. Ada dua pelabuhan yang mendekati lumayan, yakni Jakarta dan Surabaya.
Namun, keduanya masih belum memenuhi standar yang mengacu ke peraturan International Maritime Organization (IMO) dan International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code.
Standar itu terkait dengan kelengkapan peralatan, kecepatan bongkar muat, ketersediaan infrastruktur, lapangan penumpukan, dan kedalaman laut bagi bersandarnya kapal-kapal besar. Semestinya, selain karena wilayah lautan yang luas dan letaknya yang amat strategis, Indonesia mampu menggunakan keunggulan geografis itu untuk mendapatkan keuntungan ekonomis jauh lebih besar daripada yang dihasilkan sekarang.
Diperkirakan lebih dari 60.000 kapal niaga melewati perairan Indonesia. Namun, karena tidak satu pun pelabuhan laut kita memenuhi standar internasional untuk mereka membuang sauh, mereka lebih memilih pelabuhan Singapura atau Malaysia untuk berlabuh dan menjadikannya international hub.
Pelabuhan adalah bagian tidak terpisahkan dari sistem perekonomian dan perdagangan dunia. Sebagian besar perpindahan barang antarbenua terjadi melalui pelabuhan laut. Pembenahan sarana dan prasarana di sektor perhubungan laut ini harus diperhatikan secara serius. Pemerintah, khususnya Departemen Perhubungan, harus memastikan pemenuhan standar IMO dan ISPS Code. Di sana harus ditetapkan sistem insentif bagi yang memenuhi standar dan disinsentif bagi yang tidak.
Jika kinerja pelabuhan Indonesia dapat diperbaiki, itu dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara. Ini karena pelabuhan mempunyai fungsi strategis dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Elfrida Gultom (2003) menyebut berdasarkan pengamatan di empat pelabuhan utama, yaitu Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya) dan Sukarno Hatta (Makassar) penyebab tidak efektif dan efisiennya pelabuhan Indonesia, adalah fasilitas pendukung pelayanan pelabuhan yang sangat minim sehingga tidak optimal dalam melaksanakan tugasnya di lapangan.
Citra keempat BUMN ini juga buruk di mata masyarakat, karena kegiatan usaha di seluruh pelabuhan umumnya dicampuri berbagai instansi lain. Jalur birokrasi terlalu bertele-tele dan menghambat. Ini dilakukan oleh para pengelola pelabuhan itu sendiri, yaitu fungsi pemerintahan yang menjalankan tertib administratif (ADPEL), karantina hewan dan tumbuhan, bea dan cukai, imigrasi dan fungsi Pengusahaan Pelayanan Jasa PT Pelindo.
Sistem keamanan dan ketertiban pelabuhan sangat menghambat kemajuan pelabuhan Indonesia yang disebabkan dan diciptakan sendiri oleh perilaku aparat itu sendiri, antara lain premanisme dan pungutan tidak resmi yang diterapkan oleh mereka sendiri.
Kinerja di antara instansi pemerintahan dan PT Pelindo tidak terkoordinasi dengan baik sehingga berimbas pada pelayanan yang tidak optimal. Para pengguna jasa pelabuhan umumnya juga tidak puas dengan cara kerja PBM (perusahaan bongkar muat), TKBM (tenaga kerja bongkar muat). Hubungan antara peraturan-peraturan pelabuhan yang berlaku berbeda dengan pelaksanaannya di lapangan.
Penyimpangan aturan
Ada penyimpangan peraturan oleh para aparat di lapangan. Keadaan ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang berkarat. Bagaimana pendapatan devisa negara akan terus meningkat bila terjadi penyimpangan dana yang seharusnya masuk ke kas negara tapi digelapkan. Contohnya, barang yang seharusnya seberat 10 kg dan harus dibayarkan sebesar yang ditetapkan sesuai dengan berat barang tersebut, dapat dibuat seberat hanya 5 kg, kemudian, 5 kg sisanya dapat dibagi antara para pelaksana lapangan dan pengguna jasa itu sendiri.
Di Singapura dan Malaysia, efisiensi, loyalitas, dan rasa nasionalisme dari para pekerjanya sangat tinggi. Ini diikuti dengan ketaatan para penegak hukumnya pada aturan yang berlaku. Lagipula tidak ada birokrasi yang berbelit-belit. Tidak ada koordinasi dalam pembagian tugas dan wewenang antarpihak yang melaksanakan kegiatan fungsi kepelabuhanan di Indonesia, bahkan sering terjadi benturan pelaksanaan. Yang menjadi masalah adalah tidak adanya peraturan yang menjadi leading sector untuk mengatasi benturan kepentingan tersebut.
Sebagai contoh, begitu kapal masuk ke pelabuhan Singapura atau Malaysia mereka akan memberitahukan kepada pejabat yang bertugas di pelabuhan tersebut. Mereka akan memberitahukan posisi kapal dan barang yang akan dibongkar atau dimuat. Instansi pemerintah lalu datang langsung ke posisi yang telah diinformasikan oleh kapal tersebut.
Instansi yang datang pertama adalah pihak kesehatan. Ini untuk melihat apakah kapal tersebut dalam kondisi sehat atau membawa bibit penyakit. Lalu, ini disusul dengan instansi lain. Waktu untuk melakukan pengawasan tersebut tidak lebih dari 2 jam. Apabila pihak kapal memberikan informasi salah akan didenda 1%. Namun, apabila kesalahan dilakukan oleh pemerintah, akan didenda 50%.
Informasi hanya dilakukan per telepon saja. Ada asas kepercayaan, dan tindakan untuk melayani kapal yang datang. Ini langsung dilakukan oleh para pejabat yang bertugas di lapangan. Begitu selesai pengawasan oleh pihak pejabat, kapal pandu akan datang memandu kapal untuk sandar.
Oleh karena pelabuhan tempat kegiatan ekonomi (PP 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan dan UU No 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran) dan pintu gerbang bagi segala kegiatan, baik antarnegara maupun kepulauan, sudah saatnya segala pihak yang turut memeriahkan kegiatan di pelabuhan sadar diri untuk turut mengembangkan kinerjanya, agar pelabuhan dapat menjadi donor dari perekonomian negara.
Kita berharap paradigma tentang pelabuhan Indonesia akan berubah. Pelabuhan dapat memacu pertumbuhan ekonomi bangsa. Ini karena kinerjanya yang efektif dan efisien mengundang kapal-kapal asing untuk singgah dan melakukan kegiatannya dan pemasukan pelabuhan bertambah sehingga dapat menyumbangkan devisa bagi negara.
Anjungan Lepas Pantai yang minimalis
19:52 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Selama periode dengan optimisme tinggi, yaitu sekitar awal tahun 2000-an, kalangan industri banyak beranggapan bahwa infrastruktur yang ada sudah tidak mampu lagi mendukung aktivitas-aktivitas industri minyak/gas di wilayah perairan-dalam di daerah Teluk Meksiko. Karena aktivitas-aktivitas yang mencakup segi konstruksi, instalasi maupun aktivitas operasinya tersebut diprediksikan bakal makin naik.
Namun dalam kurun waktu paruh terakhir 2001 dan empat bulan pertama tahun 2002, berbagai optimisme tersebut berubah menjadi prakmatisme. Banyak proyek dijadual ulang, ditunda atau bahkan dibatalkan karena naiknya harga minyak akibat resesi dunia yang berefek menurunkan pasar produk minyak.
Dalam rangka mengurangi kebutuhan modal pembangunan dan instalasi fasilitas laut-dalam ini, banyak perusahaan minyak dengan agresif menciptakan terobosan-trobosan baru dalam mencari solusi alternatif yang ekonomis untuk ladang-ladang minyak raksasa di perairan Teluk Meksiko (lebih dari 500 juta barel cadangan siap-tambang). Sejalan dengan itu, ternyata didapati keuntungan lainnya yang bisa diperoleh dari konsep ini, yaitu dengan menerapkan konsep “paket-hemat” ini untuk pengembangan ladang yang lebih kecil. Secara ekonomis konsep ini sangat menarik, bahkan tidak menutup kemungkinan dapat diterapkan pada ladang yang sudah ditinggalkan.
Sejarah singkat perkembangan anjungan laut-dalam
Pengembangan dengan struktur terapung sebagai solusi atas perkembangan ladang minyak di laut-dalam sebenarnya telah dimulai sejak 1983, yaitu dengan dipasangnya anjungan Exxon’s Lena sebagai jenis guyed tower di perairan Teluk Meksiko pada kedalaman 310m (1.018ft). Pada saat itu Lena telah memenuhi syarat sebagai sebuah instalasi perairan-dalam. Struktur towernya diikat oleh 20 line tali baja. Meskipun tidak sepenuhnya mengapung di tempatnya, namun terdapat suatu tangki pengapung yang ditambahkan pada rangkanya untuk menambah stabilitasnya.
Lena segera disusul oleh anjungan jenis Tension Leg Platform (TLP), Conoco’s Hutton yang dipasang di Laut Utara pada tahun 1984. Walaupun sebenarnya bukan sebagai sebuah instalasi perairan-dalam, karena dikonsep untuk kedalaman hanya 148m (486ft), namun ternyata Hutton telah memperlihatkan sebuah teknologi TLP yang nyata-nyata mampu diaplikasikan untuk industri eksplorasi dan produksi. Lebih dari itu, ternyata konsep Hutton sangat berpotensi untuk dapat dikembangkan lebih jauh di perairan yang lebih dalam.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah anjungan Shell’s Bullwinkle dipasang pada tahun 1988 (mulai berproduksi tahun 1991) di perairan berkedalaman 412m (1.353ft) dan BP’s Pompano dipasang di kedalaman 393m (1.290ft) pada tahun 1994, kalangan industri mulai memahami bahwa aplikasi struktur jenis terpancang di dasar perairan (bottom-supported) telah mencapai batasnya. Aplikasi untuk perairan yang lebih dalam menuntut konsep anjungan yang berbeda.
Sebuah ladang minyak raksasa cukup memiliki cadangan dan kelayakan untuk menjastifikasi penggunaan sebuah struktur anjungan besar dengan berat topside hingga 40.000 ton dan kapasitas produksi minyak hingga 200.000 barel per hari atau lebih besar lagi. Tetapi untuk suatu ladang laut-dalam kategori marginal, yaitu dengan cadangan dan kapasitas produksi yang lebih kecil, menuntut suatu “solusi hemat” guna memenuhi kriteria ekonomis dari pihak industri.
Untuk menjawab kebutuhan ini, maka terdapat dua konsep pendekatan dasar yang cukup populer untuk masalah ini. Pertama, konsep dengan pembuatan sumur bawah-laut (subsea well) yang dihubungkan dengan fasilitas yang sudah ada sebelumnya. Kedua, konsep instalasi minimalis-mandiri, yang mencakup kemampuan prosesing, peralatan eksport produk dan fasilitas akomodasi kru.
Gambar 1. Anjungan Pompano dan Bullwinkle menjadi tonggak batas berakhirnya konsep disain fixed offshore structure untuk perairan-dalam. (sumber: PennWell Petroleum Group)
Berbagai jenis solusi minimalis
Menurut Mustang engineering, saat ini setidaknya terdapat 9 kategori besar konsep untuk pengembangan laut-dalam, diantara lebih dari 130 varian solusi yang berhasil diidentifikasi di seluruh dunia. Masing-masing solusi tersebut adalah :
1. Compliant tower (CT) atau compliant piled tower (CPT) :
Saat ini sudah ada 4 anjungan jenis ini yang diinstal yaitu : Exxon’s Lena guyed compliant tower (kedalaman 1.018 ft), Amerada Hess’s Baldpate CP (kedalaman 1.650 ft) dan Texaco’s Petronius (kedalaman 1.754 ft) dan ChevronTexaco’s Benguela Belize (kedalaman 1,348ft). Perusahaan disain ternama seperti J.Ray McDermott dan Mustang Engineering meyakini bahwa struktur dengan konsep ini dapat dikembangkan sampai kedalaman 3.000 ft.
2. Deep-draft semis (DDS) atau Deep-draft Semisubmersible (DDSS) :
Hasil disain konsep ini belum pernah diinstal, namun penelitian mengenai struktur jenis ini sudah cukup banyak dilakukan.
3. Floating production system (FPS), deepwater production semis (DPS), floating production vessels (FPV), floating production/drilling vessels (FPDV) :
Banyak digunakan untuk perairan dengan kondisi yang ganas dan untuk ladang dengan tingkat laju produksi yang tinggi. FPS sudah banyak digunakan di lepas pantai Norwegia dan Brasil.
- Floating production storage off-loading vessels (FPSO).
- Floating production, drilling, storage and offloading systems (FPDSO) atau Floating drilling, production, storage and offloading systems (FDPSO).
- Mini-Tension Leg Platform (mini-TLP), mini-tension leg wellhead platform (mini-TLWP).
- SPARs, deep draft caisson vessels (DDCS), single column floaters (SCF), deep draft floaters (DDF), caisson production units (CPU).
- Tension leg platform (TLP), tension leg wellhead platform (TLWP).
- Wellhead control buoys (WHCB), Wellhead production buoy (WHPB).
Dengan demikian, hingga saat ini sudah cukup banyak pilihan yang ditawarkan, baik yang sudah teruji di lapangan maupun yang belum, guna mengakomodasi kebutuhan industri yang menginginkan struktur yang mampu berdiri-sendiri serta berbiaya instalasi murah untuk ladang marginal. Secara umum setiap grup solusi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hal ini harus dipahami oleh setiap operator jika ingin memperpendek daftar pilihan dalam pengembangan sebuah ladang minyak dan/gas laut-dalam.
Diantara sekian banyak alternatif di atas, tiga konsep yang saat ini sudah dipercaya dan diterima dengan baik oleh kalangan industri adalah:
- Konsep mini-TLP, mengadopsi dari desain TLP klasik dengan dimensi yang diperkecil.
- Konsep struktur “compliant guyed tower“, dengan meniadakan mooring line-nya dan beberapa modifikasi, dan
- Konsep “Spar hull“, telah terbukti memiliki performa instalasi yang sederhana untuk berbagai tingkat kedalaman perairan.
Mini-TLP hasil disain dari Atlantia Offshore dan Modec hingga saat ini sudah dibangun dan dipasang. Dari konsep dasar awalnya sebagai struktur minimalis, ternyata dalam perkembangan selanjutnya Mini-TLP layak diaplikasikan untuk beragam kedalaman perairan dan berbagai kondisi beban operasional. British Borneo sudah menginstal hasil disain Atlantia Seastar, mini-TLP Morpeth dan Allegheny masing-masing pada kedalaman 1,699ft (518m) dan 3,350ft (1,021m). Kedua ladang minyak ini dianggap sebagai ladang marginal oleh pemiliknya.
Morpeth diinstal pada tahun 1998 dengan kapasitas produksi 35.000 barel minyak per hari dan gas 42 MMscf (Millions of Standard Cubic Feet) per hari. Sedangkan Allegheny diinstal setahun kemudian yaitu pada 1999 dengan berat kering topsides-nya mencapai 3.000 ton. Kapasitas produksi minyaknya 25.000 barel per hari dan produksi gas 50 MMscf per hari.
Dari perancang yang sama, Chevron pada tahun 2001 menginstal sebuah mini-TLP di ladang Typhoon. Sementara itu di tahun yang sama, perusahaan disain Modec International mengirim mini-TLP Moses milik El Paso Energy Partners untuk diinstal di ladang Prince pada kedalaman laut 1,493ft (455m). Moses dirancang dengan berat topsides 6.000-ton dan memproduksi minyak 50.000 barel per hari dan 200 MMscf gas per hari.
Sejak diinstalnya pionir anjungan jenis ini, Lena pada tahun 1983, tidak ada lagi instalasi baru untuk jenis yang sama hingga akhir 1990-an. Jenis compliant towers (CT) mulai diinstal lagi pada tahun 1998 saat Amerada Hess menginstal Baldpate di kedalaman perairan 1,648ft (502m) dan pihak Texaco menginstal anjungan Petronius pada kedalaman laut 1,754ft (535m).
Sementara itu sebuah compliant piled tower (CPT), Benguela Belize sudah memulai produksinya tahun 2005 pada kedalaman 1,348ft (411m) di perairan lepas pantai Angola, Afrika Barat. Konsep disain yang lebih baru ini menawarkan sebuah struktur yang lebih minimal. Luasan dasar dan berat strukturnya berturut-turut lebih kecil 1/12 dan 1/2-nya dari disain anjungan terpancang konvensional untuk kedalaman yang sama. Efektivitas biaya dari konsep ini membuatnya lebih atraktif dan menjanjikan untuk ladang marjinal yang memiliki 18 hingga 20 sumur dengan operasi pengeboran dan produksi yang simultan. Konsep CPT ini juga cocok untuk instalasi dengan jumlah sumur dan payloads yang lebih kecil seperti untuk perairan yang lebih moderat dari pada perairan Gulf of Mexico (GOM).
Gambar 2. Evolusi konsep anjungan jenis CT dan CPT hingga tahun 2005 (sumber: PennWell Petroleum Group)
Di sisi lain, beberapa operator lainnya berusaha menjajagi kemungkinan konsep compliant towers untuk kedalaman air hingga 3.000ft (915m). Akhirnya didapatkan bentuk spar hull, disebut juga dengan deep-draft caisson vessel, sebagai sebuah konsep disain minimalis yang layak untuk instalasi besar. Anjungan Spar-produksi yang pertama diinstal oleh Oryx pada tahun 1996 di kedalaman perairan 1.930ft (588m). Spar Neptune ini memiliki hull berdiameter 72ft (21.96m) dengan beban topsides 6.600 ton dan sudah memenuhi kriteria sebagai sebuah instalasi minimal.
Sukses Neptune segera membuat pemilik barunya, Kerr-McGee, segera menginstal dua spar lainnya yaitu Boomvang dan Nansen di perairan Teluk Meksiko di kedalaman laut yang lebih dalam, yaitu 3,600ft (1,098m) pada tahun 2002. Dua struktur kembar ini merupakan disain truss spar pertama di dunia. Konsep disain baru ini, sebagai sebuah evolusi dari spar tradisional, menawarkan sebuah disain hull yang berkapasitas beban topsides yang lebih besar hingga 8.700 ton untuk berat total yang sama dengan Spar generasi pertama. Ini berarti berkapasitas 30% lebih besar dari Neptune. Boomvang dan Nansen masing-masing memiliki kapasitas produksi 40.000 barel minyak per hari dan 200 MMscf gas per hari.
Truss spar ketiga dari generasi ke-2 ini, Gunnison juga telah diinstal oleh Kerr-McGee pada tahun 2003 yang beroperasi di kedalaman 3.150ft (960m) di Teluk Meksiko. Dengan konsep yang sama, setahun sebelumnya BP telah mengoperasikan spar Horn Mountain di perairan yang jauh lebih dalam yaitu 5.423ft (1.653m). Anjungan ini berkapasitas produksi 65.000 barel minyak per hari dengan beban topsides disainnya sebesar 8.000 ton.
Menyusul kemudian, SparTEC, sebuah perusahaan disain milik J. Ray McDermott telah merampungkan dua spar untuk perusahaan minyak Dominion E&P dan Murphy Oil yaitu spar Devils Tower dan Front Runner. Keduanya mulai berproduksi tahun 2004 yang masing-masing beroperasi di kedalaman laut 5.610ft (1.710m) dan 3.330ft (1.015m). Berdasar hasil sebuah survei hingga Nopember 2004, spar Devils Tower masih memegang rekor dunia sebagai spar yang beroperasi di perairan paling dalam.
Hingga tahun 2005, telah lahir 4 generasi Spar (Gambar 3). Generasi pertama adalah Classic Spar, disusul generasi kedua Truss Spar. Kemudian diikuti oleh generasi ke-3 dan ke-4, masing-masing adalah konsep Cell Spar yang dikembangkan oleh perusahaan Technip dan konsep Wet Tree Spar yang dikembangkan oleh SparTEC. Konsep generasi ke-3 telah diaplikasikan pada tahun 2004 yaitu dengan diinstalnya spar Red Hawk milik Kerr-McGee di kedalaman laut 5.300ft (1.615m). Sementara itu untuk generasi ke-4nya, kita masih harus menunggu bukti performansinya karena berdasar data tahun 2005, belum ada realisasi instalasinya.
Gambar 3. Evolusi konsep minimalis anjungan jenis SPAR hingga tahun 2005 (sumber: PennWell Petroleum Group)
Penutup
Dari tiga konsep struktur minimalis yang sudah banyak diaplikasikan, diyakini bahwa konsep Mini-TLP dan Spar terlihat lebih atraktif untuk ladang minyak laut-dalam marginal, terutama untuk konsep struktur Spar. Memang masih terdapat konsep lain untuk aplikasi perairan sangat-dalam (ultra deepwater) seperti Semisubmersible hulls dan FPSOs. Namun kedua konsep tersebut sementara hanya layak untuk ladang-ladang raksasa yang memerlukan instalasi sangat besar. Hingga saat ini belum cukup ada bukti sebagai solusi untuk ladang laut-dalam marginal.
Era teknologi laut-dalam seolah menawarkan ajang unjuk kebolehan. Para operator minyak di satu pihak sedang berlomba untuk mencari serta mengembangkan ladang di perairan-dalam dan perairan sangat-dalam, dengan kapasitas cadangan dan laju produksi yang lebih besar. Sementara di pihak lain, perusahaan-perusahan disain teknik, kontraktor dan pihak fabrikator secara kompetitif saling berpacu untuk menelurkan solusi khas mereka masing-masing yang khusus diaplikasikan untuk pengembangan ladang minyak dan/atau gas di perairan tersebut.
Harus diakui, hiruk-pikuk aktivitas di Teluk Meksiko masih menjadi barometer proses evolusi sistim pengembangan laut-dalam ini. Berbagai pihak dengan segala macam teknologi tingginya, modal berikut struktur-struktur raksasanya sedang bermain di sana. Dukungan yang besar dari industri minyak yang tersebar di sepanjang perairan dengan pusat studi dan penelitiannya masing-masing serta berbagai organisasi penelitian lainnya yang ada, makin memantapkan peran tersebut. Penemuan-penemuan cadangan minyak baru yang besar di area laut-dalam perairan teluk tersebut, makin mendorong perkembangannya ke bagian yang lebih dalam lagi. Tentu hanya pihak-pihak yang kuat, kreatif dan inovatif serta memiliki daya tahan hingga akhir permainan saja yang akan menjadi pemenang.
Namun dalam kurun waktu paruh terakhir 2001 dan empat bulan pertama tahun 2002, berbagai optimisme tersebut berubah menjadi prakmatisme. Banyak proyek dijadual ulang, ditunda atau bahkan dibatalkan karena naiknya harga minyak akibat resesi dunia yang berefek menurunkan pasar produk minyak.
Dalam rangka mengurangi kebutuhan modal pembangunan dan instalasi fasilitas laut-dalam ini, banyak perusahaan minyak dengan agresif menciptakan terobosan-trobosan baru dalam mencari solusi alternatif yang ekonomis untuk ladang-ladang minyak raksasa di perairan Teluk Meksiko (lebih dari 500 juta barel cadangan siap-tambang). Sejalan dengan itu, ternyata didapati keuntungan lainnya yang bisa diperoleh dari konsep ini, yaitu dengan menerapkan konsep “paket-hemat” ini untuk pengembangan ladang yang lebih kecil. Secara ekonomis konsep ini sangat menarik, bahkan tidak menutup kemungkinan dapat diterapkan pada ladang yang sudah ditinggalkan.
Sejarah singkat perkembangan anjungan laut-dalam
Pengembangan dengan struktur terapung sebagai solusi atas perkembangan ladang minyak di laut-dalam sebenarnya telah dimulai sejak 1983, yaitu dengan dipasangnya anjungan Exxon’s Lena sebagai jenis guyed tower di perairan Teluk Meksiko pada kedalaman 310m (1.018ft). Pada saat itu Lena telah memenuhi syarat sebagai sebuah instalasi perairan-dalam. Struktur towernya diikat oleh 20 line tali baja. Meskipun tidak sepenuhnya mengapung di tempatnya, namun terdapat suatu tangki pengapung yang ditambahkan pada rangkanya untuk menambah stabilitasnya.
Lena segera disusul oleh anjungan jenis Tension Leg Platform (TLP), Conoco’s Hutton yang dipasang di Laut Utara pada tahun 1984. Walaupun sebenarnya bukan sebagai sebuah instalasi perairan-dalam, karena dikonsep untuk kedalaman hanya 148m (486ft), namun ternyata Hutton telah memperlihatkan sebuah teknologi TLP yang nyata-nyata mampu diaplikasikan untuk industri eksplorasi dan produksi. Lebih dari itu, ternyata konsep Hutton sangat berpotensi untuk dapat dikembangkan lebih jauh di perairan yang lebih dalam.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah anjungan Shell’s Bullwinkle dipasang pada tahun 1988 (mulai berproduksi tahun 1991) di perairan berkedalaman 412m (1.353ft) dan BP’s Pompano dipasang di kedalaman 393m (1.290ft) pada tahun 1994, kalangan industri mulai memahami bahwa aplikasi struktur jenis terpancang di dasar perairan (bottom-supported) telah mencapai batasnya. Aplikasi untuk perairan yang lebih dalam menuntut konsep anjungan yang berbeda.
Sebuah ladang minyak raksasa cukup memiliki cadangan dan kelayakan untuk menjastifikasi penggunaan sebuah struktur anjungan besar dengan berat topside hingga 40.000 ton dan kapasitas produksi minyak hingga 200.000 barel per hari atau lebih besar lagi. Tetapi untuk suatu ladang laut-dalam kategori marginal, yaitu dengan cadangan dan kapasitas produksi yang lebih kecil, menuntut suatu “solusi hemat” guna memenuhi kriteria ekonomis dari pihak industri.
Untuk menjawab kebutuhan ini, maka terdapat dua konsep pendekatan dasar yang cukup populer untuk masalah ini. Pertama, konsep dengan pembuatan sumur bawah-laut (subsea well) yang dihubungkan dengan fasilitas yang sudah ada sebelumnya. Kedua, konsep instalasi minimalis-mandiri, yang mencakup kemampuan prosesing, peralatan eksport produk dan fasilitas akomodasi kru.
Gambar 1. Anjungan Pompano dan Bullwinkle menjadi tonggak batas berakhirnya konsep disain fixed offshore structure untuk perairan-dalam. (sumber: PennWell Petroleum Group)
Berbagai jenis solusi minimalis
Menurut Mustang engineering, saat ini setidaknya terdapat 9 kategori besar konsep untuk pengembangan laut-dalam, diantara lebih dari 130 varian solusi yang berhasil diidentifikasi di seluruh dunia. Masing-masing solusi tersebut adalah :
1. Compliant tower (CT) atau compliant piled tower (CPT) :
Saat ini sudah ada 4 anjungan jenis ini yang diinstal yaitu : Exxon’s Lena guyed compliant tower (kedalaman 1.018 ft), Amerada Hess’s Baldpate CP (kedalaman 1.650 ft) dan Texaco’s Petronius (kedalaman 1.754 ft) dan ChevronTexaco’s Benguela Belize (kedalaman 1,348ft). Perusahaan disain ternama seperti J.Ray McDermott dan Mustang Engineering meyakini bahwa struktur dengan konsep ini dapat dikembangkan sampai kedalaman 3.000 ft.
2. Deep-draft semis (DDS) atau Deep-draft Semisubmersible (DDSS) :
Hasil disain konsep ini belum pernah diinstal, namun penelitian mengenai struktur jenis ini sudah cukup banyak dilakukan.
3. Floating production system (FPS), deepwater production semis (DPS), floating production vessels (FPV), floating production/drilling vessels (FPDV) :
Banyak digunakan untuk perairan dengan kondisi yang ganas dan untuk ladang dengan tingkat laju produksi yang tinggi. FPS sudah banyak digunakan di lepas pantai Norwegia dan Brasil.
- Floating production storage off-loading vessels (FPSO).
- Floating production, drilling, storage and offloading systems (FPDSO) atau Floating drilling, production, storage and offloading systems (FDPSO).
- Mini-Tension Leg Platform (mini-TLP), mini-tension leg wellhead platform (mini-TLWP).
- SPARs, deep draft caisson vessels (DDCS), single column floaters (SCF), deep draft floaters (DDF), caisson production units (CPU).
- Tension leg platform (TLP), tension leg wellhead platform (TLWP).
- Wellhead control buoys (WHCB), Wellhead production buoy (WHPB).
Dengan demikian, hingga saat ini sudah cukup banyak pilihan yang ditawarkan, baik yang sudah teruji di lapangan maupun yang belum, guna mengakomodasi kebutuhan industri yang menginginkan struktur yang mampu berdiri-sendiri serta berbiaya instalasi murah untuk ladang marginal. Secara umum setiap grup solusi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hal ini harus dipahami oleh setiap operator jika ingin memperpendek daftar pilihan dalam pengembangan sebuah ladang minyak dan/gas laut-dalam.
Diantara sekian banyak alternatif di atas, tiga konsep yang saat ini sudah dipercaya dan diterima dengan baik oleh kalangan industri adalah:
- Konsep mini-TLP, mengadopsi dari desain TLP klasik dengan dimensi yang diperkecil.
- Konsep struktur “compliant guyed tower“, dengan meniadakan mooring line-nya dan beberapa modifikasi, dan
- Konsep “Spar hull“, telah terbukti memiliki performa instalasi yang sederhana untuk berbagai tingkat kedalaman perairan.
Mini-TLP hasil disain dari Atlantia Offshore dan Modec hingga saat ini sudah dibangun dan dipasang. Dari konsep dasar awalnya sebagai struktur minimalis, ternyata dalam perkembangan selanjutnya Mini-TLP layak diaplikasikan untuk beragam kedalaman perairan dan berbagai kondisi beban operasional. British Borneo sudah menginstal hasil disain Atlantia Seastar, mini-TLP Morpeth dan Allegheny masing-masing pada kedalaman 1,699ft (518m) dan 3,350ft (1,021m). Kedua ladang minyak ini dianggap sebagai ladang marginal oleh pemiliknya.
Morpeth diinstal pada tahun 1998 dengan kapasitas produksi 35.000 barel minyak per hari dan gas 42 MMscf (Millions of Standard Cubic Feet) per hari. Sedangkan Allegheny diinstal setahun kemudian yaitu pada 1999 dengan berat kering topsides-nya mencapai 3.000 ton. Kapasitas produksi minyaknya 25.000 barel per hari dan produksi gas 50 MMscf per hari.
Dari perancang yang sama, Chevron pada tahun 2001 menginstal sebuah mini-TLP di ladang Typhoon. Sementara itu di tahun yang sama, perusahaan disain Modec International mengirim mini-TLP Moses milik El Paso Energy Partners untuk diinstal di ladang Prince pada kedalaman laut 1,493ft (455m). Moses dirancang dengan berat topsides 6.000-ton dan memproduksi minyak 50.000 barel per hari dan 200 MMscf gas per hari.
Sejak diinstalnya pionir anjungan jenis ini, Lena pada tahun 1983, tidak ada lagi instalasi baru untuk jenis yang sama hingga akhir 1990-an. Jenis compliant towers (CT) mulai diinstal lagi pada tahun 1998 saat Amerada Hess menginstal Baldpate di kedalaman perairan 1,648ft (502m) dan pihak Texaco menginstal anjungan Petronius pada kedalaman laut 1,754ft (535m).
Sementara itu sebuah compliant piled tower (CPT), Benguela Belize sudah memulai produksinya tahun 2005 pada kedalaman 1,348ft (411m) di perairan lepas pantai Angola, Afrika Barat. Konsep disain yang lebih baru ini menawarkan sebuah struktur yang lebih minimal. Luasan dasar dan berat strukturnya berturut-turut lebih kecil 1/12 dan 1/2-nya dari disain anjungan terpancang konvensional untuk kedalaman yang sama. Efektivitas biaya dari konsep ini membuatnya lebih atraktif dan menjanjikan untuk ladang marjinal yang memiliki 18 hingga 20 sumur dengan operasi pengeboran dan produksi yang simultan. Konsep CPT ini juga cocok untuk instalasi dengan jumlah sumur dan payloads yang lebih kecil seperti untuk perairan yang lebih moderat dari pada perairan Gulf of Mexico (GOM).
Gambar 2. Evolusi konsep anjungan jenis CT dan CPT hingga tahun 2005 (sumber: PennWell Petroleum Group)
Di sisi lain, beberapa operator lainnya berusaha menjajagi kemungkinan konsep compliant towers untuk kedalaman air hingga 3.000ft (915m). Akhirnya didapatkan bentuk spar hull, disebut juga dengan deep-draft caisson vessel, sebagai sebuah konsep disain minimalis yang layak untuk instalasi besar. Anjungan Spar-produksi yang pertama diinstal oleh Oryx pada tahun 1996 di kedalaman perairan 1.930ft (588m). Spar Neptune ini memiliki hull berdiameter 72ft (21.96m) dengan beban topsides 6.600 ton dan sudah memenuhi kriteria sebagai sebuah instalasi minimal.
Sukses Neptune segera membuat pemilik barunya, Kerr-McGee, segera menginstal dua spar lainnya yaitu Boomvang dan Nansen di perairan Teluk Meksiko di kedalaman laut yang lebih dalam, yaitu 3,600ft (1,098m) pada tahun 2002. Dua struktur kembar ini merupakan disain truss spar pertama di dunia. Konsep disain baru ini, sebagai sebuah evolusi dari spar tradisional, menawarkan sebuah disain hull yang berkapasitas beban topsides yang lebih besar hingga 8.700 ton untuk berat total yang sama dengan Spar generasi pertama. Ini berarti berkapasitas 30% lebih besar dari Neptune. Boomvang dan Nansen masing-masing memiliki kapasitas produksi 40.000 barel minyak per hari dan 200 MMscf gas per hari.
Truss spar ketiga dari generasi ke-2 ini, Gunnison juga telah diinstal oleh Kerr-McGee pada tahun 2003 yang beroperasi di kedalaman 3.150ft (960m) di Teluk Meksiko. Dengan konsep yang sama, setahun sebelumnya BP telah mengoperasikan spar Horn Mountain di perairan yang jauh lebih dalam yaitu 5.423ft (1.653m). Anjungan ini berkapasitas produksi 65.000 barel minyak per hari dengan beban topsides disainnya sebesar 8.000 ton.
Menyusul kemudian, SparTEC, sebuah perusahaan disain milik J. Ray McDermott telah merampungkan dua spar untuk perusahaan minyak Dominion E&P dan Murphy Oil yaitu spar Devils Tower dan Front Runner. Keduanya mulai berproduksi tahun 2004 yang masing-masing beroperasi di kedalaman laut 5.610ft (1.710m) dan 3.330ft (1.015m). Berdasar hasil sebuah survei hingga Nopember 2004, spar Devils Tower masih memegang rekor dunia sebagai spar yang beroperasi di perairan paling dalam.
Hingga tahun 2005, telah lahir 4 generasi Spar (Gambar 3). Generasi pertama adalah Classic Spar, disusul generasi kedua Truss Spar. Kemudian diikuti oleh generasi ke-3 dan ke-4, masing-masing adalah konsep Cell Spar yang dikembangkan oleh perusahaan Technip dan konsep Wet Tree Spar yang dikembangkan oleh SparTEC. Konsep generasi ke-3 telah diaplikasikan pada tahun 2004 yaitu dengan diinstalnya spar Red Hawk milik Kerr-McGee di kedalaman laut 5.300ft (1.615m). Sementara itu untuk generasi ke-4nya, kita masih harus menunggu bukti performansinya karena berdasar data tahun 2005, belum ada realisasi instalasinya.
Gambar 3. Evolusi konsep minimalis anjungan jenis SPAR hingga tahun 2005 (sumber: PennWell Petroleum Group)
Penutup
Dari tiga konsep struktur minimalis yang sudah banyak diaplikasikan, diyakini bahwa konsep Mini-TLP dan Spar terlihat lebih atraktif untuk ladang minyak laut-dalam marginal, terutama untuk konsep struktur Spar. Memang masih terdapat konsep lain untuk aplikasi perairan sangat-dalam (ultra deepwater) seperti Semisubmersible hulls dan FPSOs. Namun kedua konsep tersebut sementara hanya layak untuk ladang-ladang raksasa yang memerlukan instalasi sangat besar. Hingga saat ini belum cukup ada bukti sebagai solusi untuk ladang laut-dalam marginal.
Era teknologi laut-dalam seolah menawarkan ajang unjuk kebolehan. Para operator minyak di satu pihak sedang berlomba untuk mencari serta mengembangkan ladang di perairan-dalam dan perairan sangat-dalam, dengan kapasitas cadangan dan laju produksi yang lebih besar. Sementara di pihak lain, perusahaan-perusahan disain teknik, kontraktor dan pihak fabrikator secara kompetitif saling berpacu untuk menelurkan solusi khas mereka masing-masing yang khusus diaplikasikan untuk pengembangan ladang minyak dan/atau gas di perairan tersebut.
Harus diakui, hiruk-pikuk aktivitas di Teluk Meksiko masih menjadi barometer proses evolusi sistim pengembangan laut-dalam ini. Berbagai pihak dengan segala macam teknologi tingginya, modal berikut struktur-struktur raksasanya sedang bermain di sana. Dukungan yang besar dari industri minyak yang tersebar di sepanjang perairan dengan pusat studi dan penelitiannya masing-masing serta berbagai organisasi penelitian lainnya yang ada, makin memantapkan peran tersebut. Penemuan-penemuan cadangan minyak baru yang besar di area laut-dalam perairan teluk tersebut, makin mendorong perkembangannya ke bagian yang lebih dalam lagi. Tentu hanya pihak-pihak yang kuat, kreatif dan inovatif serta memiliki daya tahan hingga akhir permainan saja yang akan menjadi pemenang.
Peran Teknologi Nano Dalam IT
19:31 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Peran teknologi nano dalam pengembangan teknologi informasi (IT, information technology), sudah tidak diragukan lagi. Bertambahnya kecepatan komputer dari waktu ke waktu, meningkatnya kapasitas hardisk dan memori, semakin kecil dan bertambahnya fungsi telepon genggam, adalah contoh-contoh kongkrit produk teknologi nano di bidang IT. Dalam tulisan ini akan dipaparkan kontribusi teknologi nano pada pengembangan IT secara garis besar, yang sampai saat ini dapat dibagi menjadi tiga.
Pertama, penambahan kepadatan jumlah divais. Gambaran mudahnya, bila ukuran satu buah transistor bisa dibuat lebih kecil maka kepadatan jumlah transistor pada ukuran chip yang sama secara otomatis akan menjadi lebih besar. Dalam pembuatan LSI (large scale integrated), sedapat mungkin jumlah transistor dalam satu chip bisa diperbanyak.
Sebagai contoh, tahun 2005, INTEL berhasil meluncurkan 70 Megabit SRAM (static random access memory) yang dibuat dengan teknologi nano proses tipe 65 nanometer (nm). Pada produk baru ini, di dalam satuchip berisi lebih dari 500 juta buah transistor, dimana lebih maju dibanding teknologi processor tipe 90 nm yang dalam satu chipnya berisi kurang lebih 200 juta transistor. Diperkirakan ke depannya, sejalan dengan terus majunya teknologi nano, ukuran transistor terus akan mengecil sesuai dengan hukum Moore dan processor tipe 45 nm akan masuk pasar tahun 2007, dan selanjutnya tahun 2009 akan diluncurkan processor 32 nm.
Terkait dengan usaha untuk memperkecil ukuran divais ini, salah satu mimpi besar dari para ilmuan di Amerika saat ini adalah membuat memori atom, dan ini pernah secara langsung dilontarkan oleh Presiden Bill Clinton tahun 2001 ketika peluncuran proyek nasional nanoteknologi. Mereka bermaksud untuk memasukkan semua data yang ada di perpustakaan nasional ke dalam satu chip memori atom yang berukuran satu sentimeter (cm) kubik.
Mari kita coba menganalisa apakah memungkinkan data sebanyak itu dikumpulkan dalam satu chip berukuran satu cm kubik. Satu cm jika diubah dalam satuan ukuran atom yaitu amstrong, berarti sama dengan 10 pangkat 8 amstrong. Jika chip memori berupa kubus yang masing-masing panjang sisinya 1 cm, maka chip tersebut berisi atom sebanyak 10 pangkat 24 buah.
Prinsip pembuatan memori atom sendiri adalah dengan menyiapkan 2 jenis atom yaitu atom besar dan atom kecil, dan mendefinisikan atom besar sebagai 0 dan atom kecil sebagai 1. Jika kedua jenis atom tersebut ketika dijejerkan bisa dibaca dengan baik, maka bisa didefinisikan bahwa jumlah bit sebanyak jumlah atom.
Data atau informasi yang terdapat dalam satu buah buku biasanya akan bisa masuk dalam satu lembar CD-ROM yang jumlah bit-nya kurang lebih 10 pangkat 9. Karena jumlah atom dalam chip memori atom sebanyak 10 pangkat 24 buah, dan satu buah buku diperkirakan sebanyak 10 pangkat 9 bit, maka dalam satu chip akan bisa memuat sekitar 10 pangkat 15 buah buku. Sungguh, jumlah yang sangat besar. Kalau saja, dalam satu tahun ada 1 juta buku, maka secara kalkulasi, satu chip bisa memuat informasi selama lebih dari 10 tahun. Jadi, jika teknologi kontrol peletakan satu persatu atom bisa dilakukan dengan baik, maka bukan hal yang mustahil memori atom tersebut bisa direalisasikan.
Kedua, memungkinkannya aplikasi efek kuantum. Ukuran material jika mencapai satuan nanometer, maka secara otomatis akan muncul fenomena-fenomena baru dalam fisika kuantum yang tidak dijumpai pada fenomena fisika klasik, yaitu efek kuantum. Fenomena unik ini menjadi perhatian yang besar bagi ilmuan sekarang untuk diaplikasikan dalam teknologi elektronika saat ini.
Penggunaan efek kuantum sendiri dalam divais bermacam-macam. Salah satunya adalah divais elektronika yang menggunakan struktur kecil kuantum dot maupun superlatis. Pada divais dengan struktur superlatis inilah yang diproyeksikan bisa dipakai dalam aplikasi divais dengan kecepatan tinggi. Contoh divais dari jenis ini yang sudah diproduksi adalah HEMT (High Electron Mobility Transistor) yang biasa dipakai pada sistem pemancar satelit.
Keunikan fenomena lain di area nanometer ini adalah munculnya energi level yang diskrit. Bahkan, semakin kecil ukuran suatu benda, maka diskritnya energi level semakin jelas. Aplikasi yang sudah terlihat betul dari fenomena ini adalah pembuatan laser berwarna biru dan ungu dengan bahan kuantum dot. Laser ini bekerja berdasarkan sifat diskrit energi level pada struktur dot tersebut.
Menariknya adalah material yang semula tidak bisa menghasilkan cahaya, seperti silikon yang biasa dipakai dalam LSI, akan berubah sifat menjadi bisa bercahaya ketika efek kuantum muncul. Aplikasi lain dari efek kuantum ini adalah single electron device (Kompas, 12 Mei 2004), yang konon selain menjadi kandidat divais untuk LSI generasi selanjutnya, bisa juga diaplikasikan dalam pembuatan sensor dengan sensitifitas tinggi, kuantum informasi, dan kuantum komputer.
Ketiga, penambahan fungsi baru pada sistem yang sudah ada. Yang dimaksud adalah bukan sebatas membuat material sama dalam ukuran kecil sehingga kepadatannya semakin besar, tetapi lebih pada titik tekan lahirnya fungsi baru ketika atom atau molekul yang berbeda jenis disusun dalam suatu sistem divais.
Sebagai contoh, pembuatan mata buatan yang mempunyai fungsi menangkap cahaya, kemudian sekaligus mentransfer cahaya tersebut menjadi informasi dan kemudian mengolahnya, itu akan lebih mudah dilakukan dengan peran teknologi nano. Bahkan dengan teknologi nano, diharapkan ke depan intelejensi sensor buatan bisa dibuat dengan sensitifitas mendekati apa yang dimiliki manusia.
Demikian 3 kontribusi besar teknologi nano di bidang IT, yang tentu masih memungkinkan lagi nantinya muncul kontribusi ke-4, ke-5, dan seterusnya seiring dengan temuan-temuan baru teknologi nano di masa mendatang.
Pertama, penambahan kepadatan jumlah divais. Gambaran mudahnya, bila ukuran satu buah transistor bisa dibuat lebih kecil maka kepadatan jumlah transistor pada ukuran chip yang sama secara otomatis akan menjadi lebih besar. Dalam pembuatan LSI (large scale integrated), sedapat mungkin jumlah transistor dalam satu chip bisa diperbanyak.
Sebagai contoh, tahun 2005, INTEL berhasil meluncurkan 70 Megabit SRAM (static random access memory) yang dibuat dengan teknologi nano proses tipe 65 nanometer (nm). Pada produk baru ini, di dalam satuchip berisi lebih dari 500 juta buah transistor, dimana lebih maju dibanding teknologi processor tipe 90 nm yang dalam satu chipnya berisi kurang lebih 200 juta transistor. Diperkirakan ke depannya, sejalan dengan terus majunya teknologi nano, ukuran transistor terus akan mengecil sesuai dengan hukum Moore dan processor tipe 45 nm akan masuk pasar tahun 2007, dan selanjutnya tahun 2009 akan diluncurkan processor 32 nm.
Terkait dengan usaha untuk memperkecil ukuran divais ini, salah satu mimpi besar dari para ilmuan di Amerika saat ini adalah membuat memori atom, dan ini pernah secara langsung dilontarkan oleh Presiden Bill Clinton tahun 2001 ketika peluncuran proyek nasional nanoteknologi. Mereka bermaksud untuk memasukkan semua data yang ada di perpustakaan nasional ke dalam satu chip memori atom yang berukuran satu sentimeter (cm) kubik.
Mari kita coba menganalisa apakah memungkinkan data sebanyak itu dikumpulkan dalam satu chip berukuran satu cm kubik. Satu cm jika diubah dalam satuan ukuran atom yaitu amstrong, berarti sama dengan 10 pangkat 8 amstrong. Jika chip memori berupa kubus yang masing-masing panjang sisinya 1 cm, maka chip tersebut berisi atom sebanyak 10 pangkat 24 buah.
Prinsip pembuatan memori atom sendiri adalah dengan menyiapkan 2 jenis atom yaitu atom besar dan atom kecil, dan mendefinisikan atom besar sebagai 0 dan atom kecil sebagai 1. Jika kedua jenis atom tersebut ketika dijejerkan bisa dibaca dengan baik, maka bisa didefinisikan bahwa jumlah bit sebanyak jumlah atom.
Data atau informasi yang terdapat dalam satu buah buku biasanya akan bisa masuk dalam satu lembar CD-ROM yang jumlah bit-nya kurang lebih 10 pangkat 9. Karena jumlah atom dalam chip memori atom sebanyak 10 pangkat 24 buah, dan satu buah buku diperkirakan sebanyak 10 pangkat 9 bit, maka dalam satu chip akan bisa memuat sekitar 10 pangkat 15 buah buku. Sungguh, jumlah yang sangat besar. Kalau saja, dalam satu tahun ada 1 juta buku, maka secara kalkulasi, satu chip bisa memuat informasi selama lebih dari 10 tahun. Jadi, jika teknologi kontrol peletakan satu persatu atom bisa dilakukan dengan baik, maka bukan hal yang mustahil memori atom tersebut bisa direalisasikan.
Kedua, memungkinkannya aplikasi efek kuantum. Ukuran material jika mencapai satuan nanometer, maka secara otomatis akan muncul fenomena-fenomena baru dalam fisika kuantum yang tidak dijumpai pada fenomena fisika klasik, yaitu efek kuantum. Fenomena unik ini menjadi perhatian yang besar bagi ilmuan sekarang untuk diaplikasikan dalam teknologi elektronika saat ini.
Penggunaan efek kuantum sendiri dalam divais bermacam-macam. Salah satunya adalah divais elektronika yang menggunakan struktur kecil kuantum dot maupun superlatis. Pada divais dengan struktur superlatis inilah yang diproyeksikan bisa dipakai dalam aplikasi divais dengan kecepatan tinggi. Contoh divais dari jenis ini yang sudah diproduksi adalah HEMT (High Electron Mobility Transistor) yang biasa dipakai pada sistem pemancar satelit.
Keunikan fenomena lain di area nanometer ini adalah munculnya energi level yang diskrit. Bahkan, semakin kecil ukuran suatu benda, maka diskritnya energi level semakin jelas. Aplikasi yang sudah terlihat betul dari fenomena ini adalah pembuatan laser berwarna biru dan ungu dengan bahan kuantum dot. Laser ini bekerja berdasarkan sifat diskrit energi level pada struktur dot tersebut.
Menariknya adalah material yang semula tidak bisa menghasilkan cahaya, seperti silikon yang biasa dipakai dalam LSI, akan berubah sifat menjadi bisa bercahaya ketika efek kuantum muncul. Aplikasi lain dari efek kuantum ini adalah single electron device (Kompas, 12 Mei 2004), yang konon selain menjadi kandidat divais untuk LSI generasi selanjutnya, bisa juga diaplikasikan dalam pembuatan sensor dengan sensitifitas tinggi, kuantum informasi, dan kuantum komputer.
Ketiga, penambahan fungsi baru pada sistem yang sudah ada. Yang dimaksud adalah bukan sebatas membuat material sama dalam ukuran kecil sehingga kepadatannya semakin besar, tetapi lebih pada titik tekan lahirnya fungsi baru ketika atom atau molekul yang berbeda jenis disusun dalam suatu sistem divais.
Sebagai contoh, pembuatan mata buatan yang mempunyai fungsi menangkap cahaya, kemudian sekaligus mentransfer cahaya tersebut menjadi informasi dan kemudian mengolahnya, itu akan lebih mudah dilakukan dengan peran teknologi nano. Bahkan dengan teknologi nano, diharapkan ke depan intelejensi sensor buatan bisa dibuat dengan sensitifitas mendekati apa yang dimiliki manusia.
Demikian 3 kontribusi besar teknologi nano di bidang IT, yang tentu masih memungkinkan lagi nantinya muncul kontribusi ke-4, ke-5, dan seterusnya seiring dengan temuan-temuan baru teknologi nano di masa mendatang.
Google vs Windows
19:28 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Sebuah berita yang cukup mengemparkan datang dari Raksasa Search Engine, Google. Perusaahan yang didirikan oleh Sergery Brin berencana akan menyaingi Microsoft dalam pasar OS. Google berencana akan meluncurkan OS Chrome, OS yang siap menandingi produk Microsoft, Windows 7. Walaupun hal ini dapat meruncingkan persaingan diantara keduanya, Google yakin langkahnya sangat tepat dan jenius.
Ada dua kelebihan yang ditawarkan Google OS untuk menyaingi Windows versi 7 yang baru dikeluarkan tahun ini, yakni Google OS bisa diperoleh secara bebas dan dibuat berbasis Web. Kedua hal itu diklaim pihak Google akan membantu kinerja Netbook. Alhasil piranti bekerja lebih cepat dan menawarkan beragam fasilitas terintegrasi bagi pengguna netbook.
Peluncuran Google OS selain memarakkan persaingan, diramalkan pula akan merubah komposisi pasar OS di dunia. Microsoft sebagai pemimpin pasar dengan raihan dominasi hingga 60 % patut mewaspadai gerak-gerik perusahaan mesin pencarian situs utama di dunia ini.
Fakta menunjukan, pada darsawarsa terakhir Google mampu mempecundangi Yahoo dan Microsoft dalam perang mesin pencarian situs. “Ini kejutan besar,” ujar salah seorang pengamat Teknologi, Rob Enderle.
Rob mengatakan, ini pertama kalinya persaingan pasar OS begitu kompetitif dalam beberapa tahun belakangan. Tentu ini akan menjadi semacam “kekacauan” sekaligus menentukan siapa sebenarnya pesaing serius Microsoft. “Google datang dengan ide segar dan karena fasilitas berbasis situs, google OS akan menjadi yang pertama,” ramalnya.
Tahun lalu, Google memperkenalkan browser Chrome yang sengaja didesain khusus pada situs. Layanan ini terinspirasi perkembangan masyarakat yang kini sebagian besar menghabiskan waktu menjelajah situs, seperti mencari informasi, mengecek surat elektronik, memantau berita dan menjaga hubungan dengan kerabat.
Diluncurkan pada tahun 2010, Google OS tidak akan menggunakan mode beta. Kepastian tersebut diungkapkan dalam pengumuman di blog perusahaan tersebut. Langkah itu persis yang dilakukan Google saat meluncurkan Gmail empat tahun lalu.
“Kami menyadari situasi tersegmen pada masyarakat, bagi mendefinisikan prinati lunak beta sebagai awal peluncuran, bukan orang-orang yang siap untuk pertunjukan utama,” tutur Direktur Manajemen Produk Google dalam blog Google. Keputusan menanggalkan atribut beta, kata dia, seba Google Os sudah terhitung “high bar”.
Bran Google memang kuat, namun tidak berarti selalu menang, atau paling tidak upanya berjalan mulus. Browser andalannya, Chrome, meski diakui kemampuannya secara luas, hanya mengambil 1,4 persen pasar pengguna internet dalam setahun setelah peluncuran pada September silam, demikian menurut statistik Net Aplikasi.
Sementara Microsoft dengan Internet Explorer terus menjadi favorit dengan 6 persen pengguna, disusul Firefox milik Mozilla yang kokoh di posisi kedua, menikmati 22 persen kue pembagian. Lalu Safari keluaran Apple nangkring di posisi tiga dengan prosentase 8 persen.
Isu lain yang dibutuhkan adalah mengubah mentalitas konsumen. Sebagaimana OS Google Chrome bakal menjadi bagian software berbasis web, dibanding OS Microsoft berbasis sistem dekstop, orang mungkin butuh terbiasa mengoperasikan komputer secara online sepenuhnya.
Banyak Kalangan yang masih meragukan apakah Google akan bersinar dalam pasar Operating System, sesuai dengan namanya produknya?kita tunggu saja di 2010.
Ada dua kelebihan yang ditawarkan Google OS untuk menyaingi Windows versi 7 yang baru dikeluarkan tahun ini, yakni Google OS bisa diperoleh secara bebas dan dibuat berbasis Web. Kedua hal itu diklaim pihak Google akan membantu kinerja Netbook. Alhasil piranti bekerja lebih cepat dan menawarkan beragam fasilitas terintegrasi bagi pengguna netbook.
Peluncuran Google OS selain memarakkan persaingan, diramalkan pula akan merubah komposisi pasar OS di dunia. Microsoft sebagai pemimpin pasar dengan raihan dominasi hingga 60 % patut mewaspadai gerak-gerik perusahaan mesin pencarian situs utama di dunia ini.
Fakta menunjukan, pada darsawarsa terakhir Google mampu mempecundangi Yahoo dan Microsoft dalam perang mesin pencarian situs. “Ini kejutan besar,” ujar salah seorang pengamat Teknologi, Rob Enderle.
Rob mengatakan, ini pertama kalinya persaingan pasar OS begitu kompetitif dalam beberapa tahun belakangan. Tentu ini akan menjadi semacam “kekacauan” sekaligus menentukan siapa sebenarnya pesaing serius Microsoft. “Google datang dengan ide segar dan karena fasilitas berbasis situs, google OS akan menjadi yang pertama,” ramalnya.
Tahun lalu, Google memperkenalkan browser Chrome yang sengaja didesain khusus pada situs. Layanan ini terinspirasi perkembangan masyarakat yang kini sebagian besar menghabiskan waktu menjelajah situs, seperti mencari informasi, mengecek surat elektronik, memantau berita dan menjaga hubungan dengan kerabat.
Diluncurkan pada tahun 2010, Google OS tidak akan menggunakan mode beta. Kepastian tersebut diungkapkan dalam pengumuman di blog perusahaan tersebut. Langkah itu persis yang dilakukan Google saat meluncurkan Gmail empat tahun lalu.
“Kami menyadari situasi tersegmen pada masyarakat, bagi mendefinisikan prinati lunak beta sebagai awal peluncuran, bukan orang-orang yang siap untuk pertunjukan utama,” tutur Direktur Manajemen Produk Google dalam blog Google. Keputusan menanggalkan atribut beta, kata dia, seba Google Os sudah terhitung “high bar”.
Bran Google memang kuat, namun tidak berarti selalu menang, atau paling tidak upanya berjalan mulus. Browser andalannya, Chrome, meski diakui kemampuannya secara luas, hanya mengambil 1,4 persen pasar pengguna internet dalam setahun setelah peluncuran pada September silam, demikian menurut statistik Net Aplikasi.
Sementara Microsoft dengan Internet Explorer terus menjadi favorit dengan 6 persen pengguna, disusul Firefox milik Mozilla yang kokoh di posisi kedua, menikmati 22 persen kue pembagian. Lalu Safari keluaran Apple nangkring di posisi tiga dengan prosentase 8 persen.
Isu lain yang dibutuhkan adalah mengubah mentalitas konsumen. Sebagaimana OS Google Chrome bakal menjadi bagian software berbasis web, dibanding OS Microsoft berbasis sistem dekstop, orang mungkin butuh terbiasa mengoperasikan komputer secara online sepenuhnya.
Banyak Kalangan yang masih meragukan apakah Google akan bersinar dalam pasar Operating System, sesuai dengan namanya produknya?kita tunggu saja di 2010.
Berbagai jenis Anjungan Lepas Pantai Laut dalam
19:16 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Jumlah anjungan lepas pantai yang bertebaran di lautan permukaan bumi ini sudah sangat banyak. Untuk sekarang, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Utara masih bisa dibilang paling maju dalam bidang ini. Kemajuan teknologi mereka ditunjang oleh tersedianya cadangan minyak di perairan negara-negara tersebut. Maka tidak mengherankan bila perairan Teluk Meksiko (Gulf of Mexico) dan perairan Laut Utara (North Sea) saat ini menjadi tempat bertenggernya berbagai jenis anjungan lepas pantai, mulai dari yang konvensional hingga yang mutakhir. Selanjutnya disusul oleh perairan Afrika dan Timur Tengah serta Asia Pasifik, termasuk perairan Indonesia, juga Malaysia. Perairan lainnya adalah Amerika Selatan, Atlantik Utara dan daerah Asia Tengah. Masing-masing membentuk gugusan-gugusan anjungan lepas pantai yang kian berkembang seiring waktu.
Secara teknis, istilah perairan-dalam (deepwater) maksudnya adalah pada perairan (laut) dengan kedalaman lebih dari 300 m (984 ft), sedang perairan sangat-dalam (ultra-deepwater) adalah untuk perairan berkedalaman lebih dari 1.000 m (3.280 ft). Dengan kondisi lingkungan laut-dalam yang makin berat tantangannya, serta kendala ekonomis yang fluktuatif, lahirlah beragam jenis anjungan sebagai solusi dalam pengembangan ladang minyak dan gas perairan-dalam. Gambar 1 memperlihatkan berbagai jenis sistem anjungan lepas pantai yang sesuai untuk kedua perairan tersebut. Mulai dari jenis terpancang (fixed platform) berikut modifikasinya, hingga jenis bangunan apung (FPSO) untuk perairan yang lebih dalam. Dalam tulisan ini akan dipaparkan secara singkat beberapa jenis diantaranya yaitu anjungan Mini-TLP, TLP, Spar dan FPSO.
Secara teknis, istilah perairan-dalam (deepwater) maksudnya adalah pada perairan (laut) dengan kedalaman lebih dari 300 m (984 ft), sedang perairan sangat-dalam (ultra-deepwater) adalah untuk perairan berkedalaman lebih dari 1.000 m (3.280 ft). Dengan kondisi lingkungan laut-dalam yang makin berat tantangannya, serta kendala ekonomis yang fluktuatif, lahirlah beragam jenis anjungan sebagai solusi dalam pengembangan ladang minyak dan gas perairan-dalam. Gambar 1 memperlihatkan berbagai jenis sistem anjungan lepas pantai yang sesuai untuk kedua perairan tersebut. Mulai dari jenis terpancang (fixed platform) berikut modifikasinya, hingga jenis bangunan apung (FPSO) untuk perairan yang lebih dalam. Dalam tulisan ini akan dipaparkan secara singkat beberapa jenis diantaranya yaitu anjungan Mini-TLP, TLP, Spar dan FPSO.
Mini-Tension Leg Platform (Mini-TLP)
Secara konseptual jenis anjungan ini tidak berbeda jauh dengan jenis TLP konvensional yaitu sebuah anjungan terapung yang ditambat ke dasar laut dengan sistem tambat bertegangan. Kata “mini” yang dipakai berkonotasi terhadap dua hal, pertama merujuk pada dimensinya yang pada umumnya memang relative lebih kecil dibanding ukuran TLP konvensional. Kedua, mengacu pada sifatnya yang relative low cost developed karena digunakan untuk produksi di laut-dalam dengan cadangan hidrokarbon cukup kecil, yang mana akan tidak ekonomis jika digunakan sistem produksi yang lebih konvensional lainnya. Fungsinya yang lain adalah bisa sebagai anjungan utilitas, satelit atau anjungan produksi awal pada sebuah ladang hidrokarbon laut-dalam yang lebih besar.
Mini-TLP pertama di dunia dipasang di Teluk Meksiko pada tahun 1998. Anjungan ini bernama SeaStarョ yang dibangun oleh Atlantia Offshore bersama dengan ABB, McDermott, Modec, dll. Kreasi artistik ini merupakan state-of-the-art dari sebuah mini-TLP dimana digunakan sebuah struktur kolom tunggal sehingga sangat berbeda dengan bentuk biasanya yang memiliki multicolumn (biasanya terdiri dari empat kolom). Anjungan ini dioperasikan di area Green Canyon blok 237, Teluk Meksiko pada kedalaman 639,3 m (2.097 ft).
Tension Leg Platform (TLP)
Biasanya disebut juga TLP konvensional, untuk membedakan dengan jenis Mini-TLP. Jenis struktur ini berupa sebuah anjungan apung yang diposisikan dan distabilkan melalui sistem tambat vertikal (tendon) bertegangan tarik (minimal tiga tali-tambat yang terpisah) yang dipancang di dasar laut. Tegangan tarik pada tendon dihasilkan oleh adanya daya apung dari bagian lambung anjungan yang tercelup dalam air. Sifat dari anjungan ini, pada saat terkena beban-beban seperti gelombang, angin atau arus, anjungan akan bergerak menyamping dengan tetap pada kondisi horisontal karena aksi paralel dari tendonnya. Gerak vertikalnya (heave) dirancang secara ketat agar sangat terbatas geraknya, sehingga fasilitasnya cocok dipakai untuk surface completion dari sumur-sumur.
Salah satu TLP yang sudah dioperasikan akhir tahun 2001 adalah TLP Brutus (Gambar 3). Bentuk strukturnya berkolom empat dengan tendon penambat berjumlah 12 line untuk tiap kolomnya. Tiap kolom berdiameter 66,5 feet dengan tinggi 166 feet dan tiap pipa tendon berdiameter 32 inci dengan ketebalan 1,25 inci. Dipasang dan dioperasikan di area Green Canyon Blok 158 perairan Teluk Meksiko pada kedalaman 910 m (2.985 ft).
Spar Platform
Adalah jenis anjungan lepas pantai yang berupa suatu unit produksi terapung berbentuk silinder vertikal (kolom tunggal) dengan ciri sarat air (draft) cukup dalam yang memungkinkan menyimpan sejumlah kecil minyak mentah di dalam kolomnya. Silinder vertikal tersebut utamanya berfungsi sebagai penopang geladak (deck). Kondisi bagian atas deck (topside) sama seperti pada anjungan terpancang pada umumnya yaitu terdapat perlengkapan pengeboran dan fasilitas produksi. Memiliki tiga jenis riser yaitu riser untuk produksi, pengeboran dan untuk eksport produk. Lambung vertical tunggalnya ditambat di dasar laut dengan taut caternary system yang memiliki enam hingga dua puluh tali tambat. Terdapat dua jenis spar yaitu classic spar dan truss tpar (lihat Gambar 1). Jenis yang kedua ini merupakan modifikasi dari classic spar.
Saat ini spar dipergunakan di kedalaman mencapai 915 m (3.000 ft), namun dengan kondisi teknologi yang ada saat ini memungkinkan untuk dioperasikan hingga kedalaman 2.287 m (7.500 ft). Walaupun tidak dirancang untuk terlalu menahan gerak naik-turun (heave), tapi anjungan ini dapat mengakomodasi surface completed wellheads. Sebagai contoh terdekat adalah sebuah truss spar yang akan dipasang dan dioperasikan pada pertengahan tahun 2007 di ladang Kikeh dengan kedalaman 1.330 m lepas pantai Sabah, Malaysia (Gambar 4). Anjungan ini merupakan spar floating production platform yang akan dioperasikan oleh Murphy Oil Corporation bekerjasama dengan Petronas Malaysia. Anjungan ini nantinya akan menjadi Spar pertama di dunia yang dioperasikan di luar Teluk Meksiko.
Floating Production, Storage and Offloading system (FPSO)
FPSO adalah sebuah fasilitas terapung yang dipasang di sekitar suatu ladang minyak dan gas bumi lepas pantai yang fungsinya untuk menerima, memproses, menyimpan dan menyalurkan/mengirim hidrokarbon. Bangunan FPSO ini terdiri dari sebuah struktur pengapung berbentuk sebuah kapal (bangunan baru atau dari modifikasi kapal tanker yang dialihfungsikan) yang secara permanen di tambatkan ditempatnya beroperasi. Ruang muat dari bangunan kapalnya ini digunakan sebagai penyimpan minyak yang diproduksi. Di atas bangunan apungnya ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pemroses (topside facilities) hidrokarbon dan akomodasi. Konfigurasi sistem tambatnya bisa berupa jenis tambat menyebar (spread mooring type) atau sistem tambat titik tunggal (single point mooring system). Tapi pada umumnya berbentuk sebuah turret.
Campuran fluida yang dihasilkan, yang bertekanan tinggi dikirim ke fasilitas pemrosesan yang berada di atas geladak kapalnya. Sedang minyak, gas dan air dipisahkan. Air dibuang ke luar kapal setelah diproses untuk menghilangkan hidrokarbonnya. Hasil minyak mentah yang sudah distabilkan disimpan dalam tangki-tangki muatnya dan secara berkala dipindahkan ke kapal tanker yang datang berkala (shuttle tanker) melalui sebuah buoy atau dengan cara merapatkan kapal tanker ke dekat FPSO secara langsung. Gas hasil produksi bisa digunakan kembali untuk meningkatkan produksi dengan teknik gas lift atau menghasilkan energi bagi keperluan di dalam FPSO itu sendiri. Sementara gas yang masih tersisa dibakar atau dimanfaatkan lagi dengan cara dikompres dan disalurkan ke daratan melalui sistem pipeline atau diinjeksikan lagi ke dalam reservoir.
Sebagai contohnya adalah FPSO yang dioperasikan oleh Petrobras di ladang minyak South Marlim yang berlokasi 110 km (68 miles) dari pantai utara Rio de Janeiro, Brasil (Gambar 5). Kedalaman perairannya bervariasi dari 720 m dibagian utara hingga 2,600 m di area bagian selatan. Hampir 80 % areanya berada di kedalaman lebih dari 1.200 m, dimana FPSO ditambat di bagian selatan pada kedalaman 1.420 m (4,659 ft). Struktur FPSO-nya berasal dari sebuah kapal tanker niaga “Mariblanca” berbobot 127.000 dwt yang dimodifikasi di galangan kapal Sembawang, Singapore pada bulan November 1996. Minyak dan gas dari sumur-sumurnya masuk ke FPSO, diproses dan hasil minyaknya ditransfer ke sebuah shuttle tanker.
Di Indonesia, jenis anjungan-anjungan seperti di atas belum banyak dipakai. Pengalaman yang sangat fenomenal bagi perkembangan teknologi Laut-dalam di Indonesia adalah dengan dibangun dan dioperasikannya Mini-TLP A berikut FPU-nya (Floating Production Unit) di ladang West Seno, Selat Makasar pada kedalaman 1.021 m (3.349 ft). Konfigurasi struktur utamanya terdiri dari empat kolom berpenampang bujur sangkar dengan penambat masing-masing dua line tendon pada tiap kolomnya. Di ladang yang sama, tidak lama lagi TLP-B segera menyusul. Sementara itu jenis FPSO sudah dioperasikan di ladang minyak dan gas Belanak, perairan Natuna Selatan. Hanya saja ini untuk perairan dangkal dengan kedalaman 89,94 m (295 ft). FPSO Belanak merupakan bangunan baru dengan panjang 285 m (935 ft) yang dibangun di Batam oleh P.T. McDermott Indonesia dan dirancang untuk memproses 500 juta kubik feet gas tiap hari guna keperluan eksport. Selain itu juga memproduksi minyak dan kondensat hingga 100.000 barel dan 24.140 barel LPG per hari. Tentu saja itu semua menorehkan sebuah harapan besar untuk makin berkembangnya industri Laut-dalam Indonesia, dengan pemain dan segenap sumber daya dalam negeri yang makin termanfaatkan
sumber :
http://www.kamusilmiah.com
Secara teknis, istilah perairan-dalam (deepwater) maksudnya adalah pada perairan (laut) dengan kedalaman lebih dari 300 m (984 ft), sedang perairan sangat-dalam (ultra-deepwater) adalah untuk perairan berkedalaman lebih dari 1.000 m (3.280 ft). Dengan kondisi lingkungan laut-dalam yang makin berat tantangannya, serta kendala ekonomis yang fluktuatif, lahirlah beragam jenis anjungan sebagai solusi dalam pengembangan ladang minyak dan gas perairan-dalam. Gambar 1 memperlihatkan berbagai jenis sistem anjungan lepas pantai yang sesuai untuk kedua perairan tersebut. Mulai dari jenis terpancang (fixed platform) berikut modifikasinya, hingga jenis bangunan apung (FPSO) untuk perairan yang lebih dalam. Dalam tulisan ini akan dipaparkan secara singkat beberapa jenis diantaranya yaitu anjungan Mini-TLP, TLP, Spar dan FPSO.
Secara teknis, istilah perairan-dalam (deepwater) maksudnya adalah pada perairan (laut) dengan kedalaman lebih dari 300 m (984 ft), sedang perairan sangat-dalam (ultra-deepwater) adalah untuk perairan berkedalaman lebih dari 1.000 m (3.280 ft). Dengan kondisi lingkungan laut-dalam yang makin berat tantangannya, serta kendala ekonomis yang fluktuatif, lahirlah beragam jenis anjungan sebagai solusi dalam pengembangan ladang minyak dan gas perairan-dalam. Gambar 1 memperlihatkan berbagai jenis sistem anjungan lepas pantai yang sesuai untuk kedua perairan tersebut. Mulai dari jenis terpancang (fixed platform) berikut modifikasinya, hingga jenis bangunan apung (FPSO) untuk perairan yang lebih dalam. Dalam tulisan ini akan dipaparkan secara singkat beberapa jenis diantaranya yaitu anjungan Mini-TLP, TLP, Spar dan FPSO.
Mini-Tension Leg Platform (Mini-TLP)
Secara konseptual jenis anjungan ini tidak berbeda jauh dengan jenis TLP konvensional yaitu sebuah anjungan terapung yang ditambat ke dasar laut dengan sistem tambat bertegangan. Kata “mini” yang dipakai berkonotasi terhadap dua hal, pertama merujuk pada dimensinya yang pada umumnya memang relative lebih kecil dibanding ukuran TLP konvensional. Kedua, mengacu pada sifatnya yang relative low cost developed karena digunakan untuk produksi di laut-dalam dengan cadangan hidrokarbon cukup kecil, yang mana akan tidak ekonomis jika digunakan sistem produksi yang lebih konvensional lainnya. Fungsinya yang lain adalah bisa sebagai anjungan utilitas, satelit atau anjungan produksi awal pada sebuah ladang hidrokarbon laut-dalam yang lebih besar.
Mini-TLP pertama di dunia dipasang di Teluk Meksiko pada tahun 1998. Anjungan ini bernama SeaStarョ yang dibangun oleh Atlantia Offshore bersama dengan ABB, McDermott, Modec, dll. Kreasi artistik ini merupakan state-of-the-art dari sebuah mini-TLP dimana digunakan sebuah struktur kolom tunggal sehingga sangat berbeda dengan bentuk biasanya yang memiliki multicolumn (biasanya terdiri dari empat kolom). Anjungan ini dioperasikan di area Green Canyon blok 237, Teluk Meksiko pada kedalaman 639,3 m (2.097 ft).
Tension Leg Platform (TLP)
Biasanya disebut juga TLP konvensional, untuk membedakan dengan jenis Mini-TLP. Jenis struktur ini berupa sebuah anjungan apung yang diposisikan dan distabilkan melalui sistem tambat vertikal (tendon) bertegangan tarik (minimal tiga tali-tambat yang terpisah) yang dipancang di dasar laut. Tegangan tarik pada tendon dihasilkan oleh adanya daya apung dari bagian lambung anjungan yang tercelup dalam air. Sifat dari anjungan ini, pada saat terkena beban-beban seperti gelombang, angin atau arus, anjungan akan bergerak menyamping dengan tetap pada kondisi horisontal karena aksi paralel dari tendonnya. Gerak vertikalnya (heave) dirancang secara ketat agar sangat terbatas geraknya, sehingga fasilitasnya cocok dipakai untuk surface completion dari sumur-sumur.
Salah satu TLP yang sudah dioperasikan akhir tahun 2001 adalah TLP Brutus (Gambar 3). Bentuk strukturnya berkolom empat dengan tendon penambat berjumlah 12 line untuk tiap kolomnya. Tiap kolom berdiameter 66,5 feet dengan tinggi 166 feet dan tiap pipa tendon berdiameter 32 inci dengan ketebalan 1,25 inci. Dipasang dan dioperasikan di area Green Canyon Blok 158 perairan Teluk Meksiko pada kedalaman 910 m (2.985 ft).
Spar Platform
Adalah jenis anjungan lepas pantai yang berupa suatu unit produksi terapung berbentuk silinder vertikal (kolom tunggal) dengan ciri sarat air (draft) cukup dalam yang memungkinkan menyimpan sejumlah kecil minyak mentah di dalam kolomnya. Silinder vertikal tersebut utamanya berfungsi sebagai penopang geladak (deck). Kondisi bagian atas deck (topside) sama seperti pada anjungan terpancang pada umumnya yaitu terdapat perlengkapan pengeboran dan fasilitas produksi. Memiliki tiga jenis riser yaitu riser untuk produksi, pengeboran dan untuk eksport produk. Lambung vertical tunggalnya ditambat di dasar laut dengan taut caternary system yang memiliki enam hingga dua puluh tali tambat. Terdapat dua jenis spar yaitu classic spar dan truss tpar (lihat Gambar 1). Jenis yang kedua ini merupakan modifikasi dari classic spar.
Saat ini spar dipergunakan di kedalaman mencapai 915 m (3.000 ft), namun dengan kondisi teknologi yang ada saat ini memungkinkan untuk dioperasikan hingga kedalaman 2.287 m (7.500 ft). Walaupun tidak dirancang untuk terlalu menahan gerak naik-turun (heave), tapi anjungan ini dapat mengakomodasi surface completed wellheads. Sebagai contoh terdekat adalah sebuah truss spar yang akan dipasang dan dioperasikan pada pertengahan tahun 2007 di ladang Kikeh dengan kedalaman 1.330 m lepas pantai Sabah, Malaysia (Gambar 4). Anjungan ini merupakan spar floating production platform yang akan dioperasikan oleh Murphy Oil Corporation bekerjasama dengan Petronas Malaysia. Anjungan ini nantinya akan menjadi Spar pertama di dunia yang dioperasikan di luar Teluk Meksiko.
Floating Production, Storage and Offloading system (FPSO)
FPSO adalah sebuah fasilitas terapung yang dipasang di sekitar suatu ladang minyak dan gas bumi lepas pantai yang fungsinya untuk menerima, memproses, menyimpan dan menyalurkan/mengirim hidrokarbon. Bangunan FPSO ini terdiri dari sebuah struktur pengapung berbentuk sebuah kapal (bangunan baru atau dari modifikasi kapal tanker yang dialihfungsikan) yang secara permanen di tambatkan ditempatnya beroperasi. Ruang muat dari bangunan kapalnya ini digunakan sebagai penyimpan minyak yang diproduksi. Di atas bangunan apungnya ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pemroses (topside facilities) hidrokarbon dan akomodasi. Konfigurasi sistem tambatnya bisa berupa jenis tambat menyebar (spread mooring type) atau sistem tambat titik tunggal (single point mooring system). Tapi pada umumnya berbentuk sebuah turret.
Campuran fluida yang dihasilkan, yang bertekanan tinggi dikirim ke fasilitas pemrosesan yang berada di atas geladak kapalnya. Sedang minyak, gas dan air dipisahkan. Air dibuang ke luar kapal setelah diproses untuk menghilangkan hidrokarbonnya. Hasil minyak mentah yang sudah distabilkan disimpan dalam tangki-tangki muatnya dan secara berkala dipindahkan ke kapal tanker yang datang berkala (shuttle tanker) melalui sebuah buoy atau dengan cara merapatkan kapal tanker ke dekat FPSO secara langsung. Gas hasil produksi bisa digunakan kembali untuk meningkatkan produksi dengan teknik gas lift atau menghasilkan energi bagi keperluan di dalam FPSO itu sendiri. Sementara gas yang masih tersisa dibakar atau dimanfaatkan lagi dengan cara dikompres dan disalurkan ke daratan melalui sistem pipeline atau diinjeksikan lagi ke dalam reservoir.
Sebagai contohnya adalah FPSO yang dioperasikan oleh Petrobras di ladang minyak South Marlim yang berlokasi 110 km (68 miles) dari pantai utara Rio de Janeiro, Brasil (Gambar 5). Kedalaman perairannya bervariasi dari 720 m dibagian utara hingga 2,600 m di area bagian selatan. Hampir 80 % areanya berada di kedalaman lebih dari 1.200 m, dimana FPSO ditambat di bagian selatan pada kedalaman 1.420 m (4,659 ft). Struktur FPSO-nya berasal dari sebuah kapal tanker niaga “Mariblanca” berbobot 127.000 dwt yang dimodifikasi di galangan kapal Sembawang, Singapore pada bulan November 1996. Minyak dan gas dari sumur-sumurnya masuk ke FPSO, diproses dan hasil minyaknya ditransfer ke sebuah shuttle tanker.
Di Indonesia, jenis anjungan-anjungan seperti di atas belum banyak dipakai. Pengalaman yang sangat fenomenal bagi perkembangan teknologi Laut-dalam di Indonesia adalah dengan dibangun dan dioperasikannya Mini-TLP A berikut FPU-nya (Floating Production Unit) di ladang West Seno, Selat Makasar pada kedalaman 1.021 m (3.349 ft). Konfigurasi struktur utamanya terdiri dari empat kolom berpenampang bujur sangkar dengan penambat masing-masing dua line tendon pada tiap kolomnya. Di ladang yang sama, tidak lama lagi TLP-B segera menyusul. Sementara itu jenis FPSO sudah dioperasikan di ladang minyak dan gas Belanak, perairan Natuna Selatan. Hanya saja ini untuk perairan dangkal dengan kedalaman 89,94 m (295 ft). FPSO Belanak merupakan bangunan baru dengan panjang 285 m (935 ft) yang dibangun di Batam oleh P.T. McDermott Indonesia dan dirancang untuk memproses 500 juta kubik feet gas tiap hari guna keperluan eksport. Selain itu juga memproduksi minyak dan kondensat hingga 100.000 barel dan 24.140 barel LPG per hari. Tentu saja itu semua menorehkan sebuah harapan besar untuk makin berkembangnya industri Laut-dalam Indonesia, dengan pemain dan segenap sumber daya dalam negeri yang makin termanfaatkan
sumber :
http://www.kamusilmiah.com
Inovasi Baru Anjungan Lepas Pantai Berbadan Silindris
19:07 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Suatu inovasi teknologi kembali lahir dari salah satu kiblat teknologi lepas pantai, Norwegia. Sebuah perusahaan disain bangunan lepas pantai, Sevan Marine, telah berhasil mengembangkan konsep disain baru bernama Sevan Stabilized Platform (SSP) dengan feature utama struktur lambung (hull) berbentuk silindris. Konsep ini akan difungsikan sebagai anjungan pengeboran (driling platform) atau anjungan produksi (production platform) dan FPSO, khususnya untuk wilayah operasi di perairan sangat-dalam (ultra deepwater) dengan kondisi lingkungan yang sangat-ganas (ultra-harsh environment).
Dengan demikian “pemain baru” dalam pasar struktur lepas pantai akan segera ikut meramaikan pentas dunia penambangan minyak dan gas, khususnya untuk aplikasi laut-dalam. Masih perlu waktu untuk membuktikan unjuk kerjanya atas “pemain-pemain lama” yang sudah cukup dikenal seperti jenis TLP, Spar maupun FPSO konvensional berbadan kapal (ship-shaped FPSO).
Pada Bagian 1 (dari 2 tulisan) ini akan diuraikan dua karakteristik utama dari struktur jenis SSP ini yang menjadikannya berbeda dengan jenis lainnya dalam kelasnya, sekaligus sebagai ciri performansi utamanya. Pertama dari segi karakteristik strukturalnya dan kedua, dari karakteristik geraknya pada saat beroperasi. Disamping itu juga diuraikan beberapa kelebihan SSP dibandingkan dengan jenis Drill Ship dan Semisubmersible.
Latar Belakang
Munculnya konsep ini dilandasi oleh kondisi umum bahwa biaya produksi minyak atau gas bumi dengan menggunakan fasilitas lepas pantai akan naik secara tajam seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan operasinya. Sehingga untuk memastikan perolehan keuntungan dari suatu ladang laut-dalam (deepwater) atau bahkan ladang laut sangat-dalam (ultra-deepwater), maka tren yang terjadi saat ini adalah dengan menambah ukuran unit prosesing dan jumlah riser yang digunakakan pada anjungan lepas pantai tersebut. Akibatnya diperlukan suatu unit struktur apung yang besar yang mampu menopang beban besar dengan area geladak dan kapasitas penyimpanan yang besar pula.
Dengan memperbesar ukuran unit struktur, di satu sisi memang mampu mengatasi problem-problem di atas, namun di sisi lain timbul masalah baru. Selain biaya membengkak akibat bertambahnya berat baja dan peralatan, sebuah struktur yang besar akan memperkompleks masalah skala-baru dalam disain serta membutuhkan teknologi baru untuk menanganinya. Karena teknologi untuk penanganan struktur-sturktur kecil, tidak serta-merta bisa langsung diterapkan untuk struktur-struktur besar. Perubahan ini pada gilirannya akan memperbesar resiko. Di samping itu, ukuran struktur yang besar berkonsekuensi kepada terbatasnya ketersediaan galangan (shipyard) pembangunnya, yang cukup mampu, misalnya untuk pengiriman hull tepat waktu -setelah dibangun- dengan biaya pembangunan yang sesuai anggaran.
Untuk menjawab persoalan di atas, maka ditawarkan suatu konsep struktur baru jenis apung yang mampu menyediakan luasan geladak dan kapasitas muat beban yang lebih besar. Selain itu, jenis struktur baru ini diklaim akan memiliki biaya pengadaan/pembuatan yang lebih murah, tetapi mempunyai kapasitas penyimpanan yang besar serta memiliki karakteristik gerak yang baik/halus. Ditandaskan pula bahwa faktor utama yang turut berperan dalam memperkecil biaya pembangunan SSP ini diantaranya terletak pada dua hal. Yaitu, karena bentuk lambung silindris, sehingga menyebabkan struktur bersifat sama dalam segala arah (omni-directionality) dalam menerima gaya-gaya lingkungan, serta adanya sifat disain yang berdasarkan modul-modul (modular design).
Gambar 1. Struktur apung SSP menawarkan suatu konsep baru
untuk operasi di perairan dalam dan ganas (sumber: www.sevanmarine.com)
Karakteristik Struktural SSP
Konsep struktur anjungan produksi minyak dengan lambung-tunggal (mono-hull) yang beroperasi di laut-dalam serta berkapasitas produksi besar, misalnya untuk kasus struktur FPSO berbadan-kapal (Ship-shaped FPSO), telah diakui sebagai pilihan yang berbiaya lebih murah. Dalam konteks ini adalah jika dibandingkan dengan konsep struktur lainnya seperti Semisumersible, TLP maupun Spar.
FPSO ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia dan sudah memiliki teknologi yang cukup establis. Telah terbukti bahwa dengan penambahan sistim turret dan swivel, FPSO akan memiliki kehandalan yang tinggi untuk dioperasikan di perairan yang lebih ganas. Untuk aplikasi di perairan yang sedikit lebih moderat, maka cukup dipakai sistim tambat-sebar (spread-mooring) konvensional saja. Diantara kelebihan FPSO adalah memiliki kapasitas penyimpanan yang besar dan beban geladak satuan yang tinggi. Namun kekurangannya, FPSO konvensional ini berkarakteristik sensitif terhadap arah gelombang, meskipun hanya untuk kondisi gelobang moderat.
Konsep SSP pada dasarnya adalah struktur dengan sebuah lambung-tunggal berbentuk bundar dan berdasarkan pada prinsip stabilitas yang sama dengan struktur apung lainnya. Berbeda dengan Spar yang juga memiliki lambung silindris, lambung SSP berdiameter lebih besar dibandingkan dengan dimensi tingginya karena sarat (draft) operasionalnya biasanya kurang dari 1/3 diameternya. Penampang lambung yang bundar memungkinkan struktur memiliki tahanan hidrodinamis yang sama untuk segala arah pada saat terkena gelombang. Sehingga dalam hal ini SSP tidak memerlukan sistim tambahan seperti turret maupun swivel seperti pada jenis FPSO berbadan-kapal. Dengan kondisi ini pula nantinya bisa menghemat biaya fabrikasi dan pemeliharaan.
Gambar 2. Penampang melintang struktur SSP yang memperlihatkan
pembagian kompartemen yang ada di dalamnya (sumber: www.sevanmarine.com).
Dimensi karakteristik dari SSP adalah diameter. Hal ini membuatnya menjadi sebuah disain yang berbasis modul, yang mana ukuran diameter akan menjadi penentu dimensi dari anjungan tersebut. Saat ini Sevan Marine telah mendisain SSP untuk 3 ukuran berdasarkan pada kapasitas penyimpanan minyaknya.
Stabilitas SSP sama dengan bangunan apung berbentuk kapal seperti pada umumnya. Luasan bidang air (water plane area) yang besar menyebabkan stabilitas yang tinggi sehingga memiliki kapasitas beban geladak yang besar. Kapasitas beban geladak satuannya mencapai 15.000 metrik ton. Sementara untuk Semisubmersible generasi terakhir hanya berkapasitas 50%-nya yaitu sekitar 7.500 metrik ton. Kemampuan SSP setara dgn drillship laut-dalam yang berkapasitas 15.000-20.000 metrik ton. Meskipun luasan geladak yang tersedia sudah cukup besar, namun bila diperlukan bisa ditambah lagi dengan geladak kantilever sehingga seluruh aktivitas dapat dilakukan di atas geladak. Sedangkan muatan, material penyeimbang (ballast) dan persediaan bentuk cairan diletakkan di dalam lambung, demi meningkatkan keselamatan operasional. Tata letak tangki dalamnya menjadikan posisi tangki ballast ada di sekeliling bagian luar dari lambung, sehingga konfigurasi SSP menjadi berlambung-ganda (doble hull).
Bentuk SSP yang simetris memberikan keuntungan tersendiri. Akses keseluruh tangki termasuk tangki ballast dan tangki muatan dapat dilakukan dari sebuah kompartemen pusat. Sistim akses untuk air dan minyak dapat dibuat melalui suatu jalur utama berbentuk cincin. Setiap tangki tidak memerlukan sistim perpipaan, sehingga secara signifikan sangat menyederhanakan proses disain, konstruksi dan operasinya. Malahan diperkirakan SSP hanya memerlukan sekitar 30% dari sistim perpipaan normal yang biasa dipakai pada FPSO konvensional. Bisa dibayangkan berapa besar penghematan yang bisa dilakukan. Dan juga, dengan disain yang kompak, jumlah kebutuhan kabel dengan sendirinya bisa berkurang.
SSP dengan lambung-ganda didisain untuk memaksimalkan keamanan, baik keamanan operasional maupun keamanan bagi lingkungan. Tangki-tangki muatan dilindungi dengan tangki-tangki ballast agar pada saat terjadi kebocoran, material muatan tidak langsung masuk ke laut. Disamping itu, secara struktural, konstruksi lambung-ganda memiliki peran yang penting dalam menambah kekakuan struktur secara keseluruhan, selain kontribusi dari struktur geladak atas dan poros pusatnya yang dihubungkan melalui sekat utama vertikal (vertical bulkhead) dan elemen-elemen penegar horisontalnya.
Kondisi keseluruhan struktur yang demikian ini akan menghasilkan suatu struktur yang relatif ringan yang pada akhirnya akan mengurangi biaya pembangunannya. Harga satuan SSP unit pengeborannya sangat atraktif. Dikatakan bahwa biaya pengiriman seluruhnya adalah US$ 430 juta. Sangat kompetitif jika dibandingkan dengan jenis semisubmersible generasi ke-3 dan drillships yang mencapai harga US$ 500-600 juta. Bentuk lambung yang silindris juga mengakibatkan momen lentur yang bekerja pada struktur menjadi jauh lebih kecil sehingga mengurangi sagging dan hogging, yang selanjutnya hal ini menyebabkan tingkat tegangan lelah yang terjadi menjadi lebih kecil.
Di bagian dasar struktur SSP terdapat sebuah kotak bilga yang berfungsi meredam gerak vertikal dan angular SSP. Hal ini bisa terjadi karena kotak bilga tersebut dapat memperbesar massa tambah hidrodinamis (hydrodynamic added mass) dan menambah redaman struktur SSP.
Karakteristik Gerak SSP
Perilaku gerak dan hidrodinamis dari SSP telah diuji secara intensif dalam kolam uji Marintek di Trondheim, Norwegia. Gerak angular dan vertikalnya yang bagus telah berhasil diverifikasi. Dalam pengujian tersebut kondisi laut yang disimulasikan adalah untuk merepresentasikan perairan Laut Utara dan Brazilia yang mana memiliki kondisi gelombang multiarah dengan beban-beban lingkungan yang ekstrim/ganas. Kedua skenario tersebut diujikan hingga kondisi gelombang 100 tahunan.
Pada dasarnya karakteristik struktur luar juga akan berpengaruh terhadap perilaku geraknya. Dengan bentuk badan silindris serta adanya bilge keel peredam-gerakan membuat SSP memiliki gerakan yg baik dalam heave dan roll. Karakteristik gerak ini sangat penting, terutama sangat berpengaruh pada saat operasi pengeboran dan proses produksi. Dan di sisi lain juga akan memudahkan proses kontruksinya.
Respon gerak SSP dalam arah pitch atau roll adalah sangat kecil. Gerak angular ini secara khusus sangat terkait dengan efesiensi operasional dari suatu unit pemroses yang mana pada saat terjadi gerak roling berlebih pada wahana apungnya, maka operasi pemrosesan hidrokarbon bisa jadi akan dihentikan. Gerak roling yang besar juga bisa menyebabkan retak akibat kelelahan pada struktur seperti tiang pembakar gas yang panjang dan bantalan turret yang besar. Bila riser dipasang pada posisi yang jauh dari pusat geometris dari unit wahana apungnya (SSP), maka gerak roling juga akan memperbesar gerakan vertikal dari risernya. Konfigurasi pemasangan riser seperti itu biasa dipakai pada anjungan jenis Semisubmersible dan FPSO konvensional bertali-tambat sebar. Pada FPSO dengan sistim tambat turret, gerak angular yang berlebih dapat menimbulkan level tegangan yang tinggi pada titik gantung dari riser.
Unjuk kerja respon gerak heave SSP bahkan melebihi jenis Semisubmersible yang dapat diaplikasikan pada spektrum kondisi laut yang luas. Respon gerak heave ini menjadi suatu pertimbangan yang penting terkait dengan kelelahan riser baja tipe catenary (Steel Catenary Riser/SCR) karena jenis riser ini sangat sensitif terhadap gerakan heave frekuensi tinggi. Uji model SSP menunjukkan, dengan disain kotak bilga yang tepat, maka gerak SSP berada pada rentang gerak yang diperlukan dalam mencegah kelelahan SCR. Karakteristik gerak yang sangat baik yang dimiliki oleh SSP tidak hanya akan menaikkan efesiensi unit pemroses dan umur riser, namun juga akan menambah tingkat keamanan operasional secara keseluruhan.
Perbandingan dengan beberapa tipe sejenis
Dengan profil struktural dan performansi gerak sebagaimana dijelaskan di atas, maka SSP mampu menampilkan kelebihannya tersendiri baik sebagai anjungan pengeboran maupun dalam fungsinya sebagai FPSO. Beberapa kelebihan yang mampu dicapai oleh disain SSP dibandingkan dengan dua jenis struktur lepas pantai lainnya, yaitu drillship dan semisubmersible (Gambar 3) dapat diringkas sebagai berikut :
- Drill Ship:
Drill ship atau kapal pengebor adalah sebuah struktur apung berbentuk kapal konvensional yang berfungsi untuk proses pengeboran dan penyelesaian sumur minyak. Peralatan pengeboran yang ada di atas kapal memungkinkan untuk melakukan operasi pengeboran sumur, pemasangan pipa pelindung sumur (casing) dan pemasangan xmas tree bawah laut.
Dalam operasinya, dengan badan berbentuk kapal tersebut maka beberapa hal yang menjadi catatan atas performansinya antara lain: (1) defleksi yang terjadi pada lambung kapal cukup signifikan, (2) terjadi interaksi gaya-gaya antara badan kapal dan modul pengeborannya, (3) elemen-elemen struktur rentan terhadap kelelahan (fatigue), (4) area moom pool menurunkan integritas struktur lambungnya, (5) pada seksi depan dan belakang kapal banyak mengandung detil struktur yang rumit, (6) konstruksi strukturnya membutuhkan jenis pengelasan full penetrated weld dan NDT yang intensif di daerah-daerah kritisnya dan (7) memerlukan sistim pengkabelan dan pipa-pipa yang panjang.
- Semisubmersible:
Merupakan sebuah unit terapung dengan geladak yang ditopang oleh sistim kolom (elemen struktur vertical) dan ponton (elemen struktur horizontal) yang memungkinkan respon lebih lentur dan bebas terhadap gelombang dengan karakteristik respon gerak yang bagus.
Dengan konfigurasi struktur yang demikian, maka beberapa catatan penting atas performansinya meliputi hal-hal berikut: (1) pada geladak struktur, pontoon, kolom dan elemen cabangnya (bracings) terjadi gaya melintang dan puntir, (2) tata letak peralatan diintegrasikan dalam elemen-elemen struktur seperti dalam kotak geladak, dalam kolom dan pontoon, (3) detil-detil sambungan lokal rentan terhadap tegangan tinggi dan kelelahan, (4) diperlukan baja kekuatan tinggi (high tensile steel) untuk mengurangi berat struktur, (5) konstruksi strukturnya membutuhkan jenis pengelasan full penetrated weld dan prosedur pengelasan khusus dan (6) terdapat gap udara antara permukaan air dan geladak sehingga memungkinkan terjadinya hempasan gelombang pada struktur geladak (slamming).
Gambar 3. Perbandingan performansi tiga struktur lepas pantai jenis apung, (A) drillship, (B) semisubmersible, dan (3) Sevan Stabilized Platform (SSP), (sumber: www.sevanmarine.com).
- Sevan Stabilized Platform (SSP):
Sementara itu untuk SSP, selain performansi yang sudah diuraikan di atas, beberapa hal yang memberikan kelebihan atas dua jenis struktur sebelumnya adalah: (1) defleksi yang terjadi pada struktur geladaknya tidak signifikan karena bentuk struktur yang lebih kompak, (2) seluruh modul pengeboran ditopang oleh struktur lambung sehingga membentuk integrasi yang terbatas dan kompak, tidak banyak memerlukan elemen struktur penyambung, (3) detil struktur dan elemen-elemennya banyak yang sama sehingga mudah dalam reproduksinya, (4) konstruksi strukturnya hanya membutuhkan baja dan prosedur pengelasan biasa, (5) sebagian besar hanya menggunakan las sudut (fillet weld), (6) struktur bangunan atas (topsides) dengan sistim modul yang kompak dan (7) tidak memerlukan sistim pengkabelan dan pipa-pipa yang panjang.
Langganan:
Postingan (Atom)
Google Translate
by : BTF
Blog Archive
- 2012 (24)
- 2011 (32)
- 2010 (4)
-
2009
(25)
-
Desember(14)
- Kenaikan Permukaan Laut
- Pasang Surut
- Biografi Lionel Messi
- tentang Albert Einsten : inspirasiku
- Gelombang adalah gangguan yang merambat
- Mengembalikan kejayaan bahari
- Pelabuhan untuk ekonomi negara
- Anjungan Lepas Pantai yang minimalis
- Peran Teknologi Nano Dalam IT
- Google vs Windows
- Berbagai jenis Anjungan Lepas Pantai Laut dalam
- Inovasi Baru Anjungan Lepas Pantai Berbadan Silindris
- Membangun Bangunan Lepas pantai
- Bangunan Lepas pantai
- Maret(11)
-
Desember(14)
- 2008 (1)
Entri Populer
-
VS Barusan ada pembahasan di forum tentang pemilihan kamera digital antara Canon vs. Nikon dilihat dari sisi investasi secara keseluruhan....
-
Anjungan lepas pantai adalah struktur atau bangunan yang di bangun di lepas pantai untuk mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi bahan ...
-
Piper Alpha adalah produksi minyak Laut Utara platform yang dioperasikan oleh Occidental Petroleum (Kaledonia) Ltd platform mulai produ...