Gempa Bumi Dan Tsunami
21:13 | Diposting oleh
aulia_rinaldy
Gempa
bumi adalah getaran di permukaan bumi / tanah yang terjadi karena pelepasan
energi secara tiba-tiba oleh batuan yang berada di bawah permukaan atau seperti
diterangkan di atas karena batuan mengalami pematahan atau pensesaran. Gempa
bumi dengan magnitudo cukup besar (mb > 5,9 skala Richter) mampu merusakkan
bangunan. Gempa bumi bisa merusak melalui dua cara, yaitu langsung dari getarannya
yang memberikan efek gaya horisontal, dan secara tidak langsung melalui liquefaction
(Chandler, 1977).
Magnitudo/besaran
gempa bumi adalah energi yang dilepaskan saat gempa bumi, biasanya diukur dari
rekaman gelombang seismik. Skala Richter dipergunakan untuk menentukan besaran
gempa menengah yang episentrumnya kurang/sama dengan 100 km dari seismograf (ML).
Semakin besar magnitudo gempa bumi, semakin luas dan semakin lama orang
merasakannya. Gempa bumi adalah suatu peristiwa yang kompleks, sehingga untuk
menilainyapun diperlukan cara lain yaitu: mb (body wave) menggunakan
gelombang P yang berperiode 1-10 detik; MS (suface wave) menggunakan
gelombang Rayleigh yang berperide 18-22 detik. Jika dibandingkan dengan sesar
yang terbentuk maka yang dipakai adalah moment seismik (MO) dan masih ada lagi untuk
gempa bumi berskala besar yaitu MW (momant magnitude scale) = 2/3 log10 (MO)
– 6. Gempa bumi di Alaska tahun 1964 memiliki MS = 8,5 , MW = 9,2 dan untuk
gempa Chili tahun 1960 memiliki MS = 8,5, MW = 9,5.
Adapaun Skala
Richter untuk magnitudo gempa bumi adalah sebagai berikut :
< 2 Secara
umum getaran tak terasa tetapi terekam oleh seismograf
2 – 2,9 Getaran
hampir terasa oleh sebagian kecil orang
3 – 3,9 Getaran
terasa oleh sebagian kecil orang
4 – 4,9 Getaran
terasa oleh hampir semua orang
5 – 5,9 Getaran
mulai menimbulkan kerusakan bangunan
6 – 6,9 Getaran
menimbulkan kerusakan
7 – 7,9 Gempa
skala besar, getaran kuat, menimbulkan kerusakan besar
8 – 9 Gempa
dahsyat, getaran sangat kuat dan meluluh lantakkan bangunan
Intensitas
gempa bumi adalah suatu skala yang berdasarkan pengalaman pribadi yang
pertamakali ditemukan oleh Giuseppi Mercalli pada tahun 1902 kemudian
dimodifikasi oleh Charles Richter pada tahun 1956. Skala ini terdiri dari 12
pembagian intensitas gempa bumi dan
ditulis
memakai huruf romawi. Skala intensitas gempa bumi (Modified Mercalli scale
of eartquake
Intensity
/
MMI) :
1. Tidak
terasa kecuali oleh sangat sedikit orang pada lingkungan yang sangat
memungkinkan untuk merasakan.
2. Terasa
oleh sedikit orang yang sedang istirahat diatas lantai dan benda yang
tergantung tampak bergoyang.
3. Terasa
terutama bagi mereka yang berada di lantai atas tetapi tidak dirasakan sebagai
gempa bumi. Getarannya seperti jika terdapat mobil/truk lewat.
4. Dirasakan
oleh beberapa orang terutama di dalam rumah. Mereka yang sedang tidur-tidur
ayam akan terbangun dan getarannya seperti kalau ada truk berat yang lewat di
samping kita. Mobil yang diam mengalami getaran. Jendela, pintu dan
piring-piring bergetar.
5. Terasa
oleh semua orang yang berada di dalam rumah dan di luar dirasakan oleh banyak
orang. Beberapa orang berhamburan ke luar rumah dan beberapa memecahkan piring,
benda-benda terbuat dari gelas, dan juga jendela bergetar hebat. Pada dinding
terdapat beberapa rekahan kecil pada plesternya. Menggerakkan benda-benda
kecil, cairan mulai bergoyang dan bandul jam terganggu sehingga jam mati.
6. Terasakan
oleh semua orang dan membuat ketakutan sehingga berhamburan ke luar rumah.
Beberapa rumah retak dindingnya. Piring, gelas dan kaca jendela banyak yang
pecah. Buku-buku dan gambar di dinding berjatuhan, meja-meja bergerak, rak-rak
terguling. Kerusakan ringan.
7. Menakutkan
semua orang, susah untuk berdiri. Kerusakan terdapat pada bangunan yang kurang
baik konstruksinya, dan akan rusak erat bagi bangunan yang tua atau tidak baik
konstruksinya. Beberapa cerobong asap runtuh. Terjadi tanah longsor kecil,
menyebabkan air mengalami tubulensi.
8. Ketakutan
dan panik bagi sebagian orang. Mengganggu para pengendara mobil. Lemari pakaian
yang berat roboh. Rumah yang baik perencanaannya pun mengalami kerusakan kecil,
tetapi bangunan yang kurang baik perencanaannya akan runtuh. Sebagian besar
tembok, cerobong asap, tower dan monumen berjatuhan. Air sumur terguncang dan
rekahan muncul pada tanah basah.
9. Panik
bagi semua orang. Rusak bagi bangunan yang sudah direncanakan untuk tahan gempa
bumi. Rekahan pada tanah sangat jelas. Pipa-pipa bawah tanah mengalami
kerusakan. Pada endapan yang lunak, pasir dan lumpur dilemparkan ke luar.
10. Sebagian
rumah hancur, bangunan kayu dan jembatan rusak. Rekahan pada tanah menyebabkan
kerusakan pada dam. Longsoran besar terjadi pada dinding yang curam dan pada
tepi-tepi sungai. Rel kereta api meliuk ringan.
11. Rumah-rumah
hancur. Kerusakan besar pada dam. Tiang penyangga jembatan runtuh. Beberapa
tanah longsor terjadi. Pipa-pipa bawah tanah tak berfungsi sama sekali. Rel
kereta api meliuk berat.
12. Kerusakan
mendekati keseluruhan. Permukaan tanah tampak bergerakseperti gelombang.
Benda-benda berhamburan ke udara.
Tsunami,
kata ini berasal dari Jepang, tsu berarti pelabuhan, nami berarti gelombang.
Tsunami dipergunakan untuk gelombang pasang yang memasuki pelabuhan. Pada laut
lepas, misal terjadi gelombang pasang sebesar 8 m tetapi begitu memasuki daerah
pelabuhan yang menyempit tinggi gelombang pasang menjadi 30 m. Tsunami biasa terjadi
jika gempa bumi berada di dasar laut dengan pergerakan/pensesaran vertikal yang
cukup besar. Tsunami juga bisa terjadi jika terjadi letusan gunung api di laut
atau terjadi longsoran di
laut.
Korban
gempa bumi pada umumnya diakibatkan oleh kejatuhan reruntuhan tempat tinggal
mereka, sehingga kebanyakan korban menderita patah tulang atupun tergencet.
Proses di Permukaan Bumi
Permukaan
bumi merupakan wilayah interaksi antara proses yang berasal dari dalam bumi
(proses pembentukan batuan dan struktur geologi) dengan proses asal luar
(siklus hidrologi, angin, dan iklim). Hasil dari interaksi tersebut di
permukaan bumi dijumpai kenampakan gunung,
bukit,
lembah, tebing yang curam, dataran luas, plateau, yang biasa disebut sebagai
bentang alam. Klasifikasi bentang alam secara umum didasarkan kepada kelerengan
dan letak ketinggiannya (diukur dari muka laut). Muka air laut dianggap sebagai
batas ekuilibrium; jika berada di atas muka air laut cenderung akan terjadi
erosi, sedangkan di bawah muka air laut akan terjadi sedimentasi. Lereng
sebagai salah satu kenampakan penting di dalam bentang alam, di dalam waktu
yang panjang akan berevolusi dan material permukaan pada lereng akan bergerak
turun karena gaya gravitasi.
Faktor-faktor
dinamik proses pembentukan bentang alam dapat dibedakan menjadi faktor pasif
dan faktor aktif (gambar 1). Faktor pasif berkaitan erat dengan keadaan lapisan
bawah permukaan dan produknya di bagian permukaan. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh jenis litologi (batuan), kemiringan perlapisannya (perlapisan tegak,
miring ataupun mendatar), strukturnya (banyakterdapat rekahan), dan posisinya
di dalam bentang alam (pada lembah, tebing ataupun puncak). Faktor aktif
berkaitan erat dengan agen erosi, yaitu: iklim, tektonika aktif (gempa bumi),
dan perubahan sudut kelerengan, serta proses biologi.
Gambar . Dinamika proses di permukaan bumi (Campy & Macaire, 1989)
Faktor
aktif: 1. Gravitasi, 2. Iklim, 3. Aksi biologi, 4. Tektonika aktif.
Faktor
pasif: 5. Batuan/litologi, 6. Struktur yang telah ada, 7. Posisi di permukaan. a:
Pelapukan, b: transport sedimen.
Akibat
kombinasi unsur-unsur di kedua faktor tersebut, batuan akan mengalami degradasi
menjadi tanah. Peristiwa ini biasa disebut sebagai pelapukan (weathering).
Pelapukan dapat berlangsung secara fisis maupun kimiawi. Akibat pelapukan daya
kohesi batuan menjadi berkurang dan jika tanah tersebut berada pada suatu
lereng, dan akibatgaya gravitasi, maka akan bergerak ke bawah, baik secara
perlahan (creeping) ataupun cepat (sliding). Selanjutnya oleh
agen transport (air ataupun angin) tanah tersebut diangkut ke tempat yang lebih
jauh
sebagai
sedimen
Gambar
Pembentukan tanah dan transport sedimen
(Campy &
Macaire,
1989) 1. Pelapukan/pembentukan tanah, ac: zona akumulasi. 2. Daerah gerakan
tanah,
S:
material larutan, Cr: creeping, r: gerakan tanah di permukaan. 3.
Transport sedimen 3a: oleh air, 3b: oleh angin. A: batuan induk, B: batuan
mengalami alterasi, C: regolit, D: komplek dasar lembah.
Secara
umum, setiap daerah memiliki kondisi geologi yang unik, yaitu: sejarah,
struktur atau kehadiran bidang diskontinyu, dan heteroginitas pada batuan atau
tanah yang berbeda-beda sehingga ekstrapolasi jarang dapat dilakukan secara
umum. Menurut Campy & Macaire (1989), sebagian longsoran berada di daerah
longsoran purba yang mengalami reaktivasi secara periodik akibat kondisi
eksternal yang luar biasa Dimensi unsur geologi juga mempengaruhi dimensi
longsoran, semakin besar dimensi unsur geologi yang terlibat akan cenderung semakin
besar cakupan gerakan tanah. Dari tinjauan di atas tampak bahwa struktur
geologi hanyalah salah satu unsur geologi yang berperan di dalam kejadian
bencana tersebut.
Gambar 3.
Gerakan tanah akibat keadaan geologi dan struktur geologinya (Campy &
Macaire, 1989)
a. Batuan
sedimen berlapis, runtuhan dikontrol oleh kehadiran struktur
kekar
b.
Longsor dikontrol oleh kemiringan bidang perlapisan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Google Translate
by : BTF
Entri Populer
-
VS Barusan ada pembahasan di forum tentang pemilihan kamera digital antara Canon vs. Nikon dilihat dari sisi investasi secara keseluruhan....
-
Anjungan lepas pantai adalah struktur atau bangunan yang di bangun di lepas pantai untuk mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi bahan ...
-
Piper Alpha adalah produksi minyak Laut Utara platform yang dioperasikan oleh Occidental Petroleum (Kaledonia) Ltd platform mulai produ...
0 komentar: