Gempa Bumi Dan Tsunami

Gempa bumi adalah getaran di permukaan bumi / tanah yang terjadi karena pelepasan energi secara tiba-tiba oleh batuan yang berada di bawah permukaan atau seperti diterangkan di atas karena batuan mengalami pematahan atau pensesaran. Gempa bumi dengan magnitudo cukup besar (mb > 5,9 skala Richter) mampu merusakkan bangunan. Gempa bumi bisa merusak melalui dua cara, yaitu langsung dari getarannya yang memberikan efek gaya horisontal, dan secara tidak langsung melalui liquefaction (Chandler, 1977).

Magnitudo/besaran gempa bumi adalah energi yang dilepaskan saat gempa bumi, biasanya diukur dari rekaman gelombang seismik. Skala Richter dipergunakan untuk menentukan besaran gempa menengah yang episentrumnya kurang/sama dengan 100 km dari seismograf (ML). Semakin besar magnitudo gempa bumi, semakin luas dan semakin lama orang merasakannya. Gempa bumi adalah suatu peristiwa yang kompleks, sehingga untuk menilainyapun diperlukan cara lain yaitu: mb (body wave) menggunakan gelombang P yang berperiode 1-10 detik; MS (suface wave) menggunakan gelombang Rayleigh yang berperide 18-22 detik. Jika dibandingkan dengan sesar yang terbentuk maka yang dipakai adalah moment seismik (MO) dan masih ada lagi untuk gempa bumi berskala besar yaitu MW (momant magnitude scale) = 2/3 log10 (MO) – 6. Gempa bumi di Alaska tahun 1964 memiliki MS = 8,5 , MW = 9,2 dan untuk gempa Chili tahun 1960 memiliki MS = 8,5, MW = 9,5.

Adapaun Skala Richter untuk magnitudo gempa bumi adalah sebagai berikut :

< 2 Secara umum getaran tak terasa tetapi terekam oleh seismograf
2 – 2,9 Getaran hampir terasa oleh sebagian kecil orang
3 – 3,9 Getaran terasa oleh sebagian kecil orang
4 – 4,9 Getaran terasa oleh hampir semua orang
5 – 5,9 Getaran mulai menimbulkan kerusakan bangunan
6 – 6,9 Getaran menimbulkan kerusakan
7 – 7,9 Gempa skala besar, getaran kuat, menimbulkan kerusakan besar
8 – 9 Gempa dahsyat, getaran sangat kuat dan meluluh lantakkan bangunan

Intensitas gempa bumi adalah suatu skala yang berdasarkan pengalaman pribadi yang pertamakali ditemukan oleh Giuseppi Mercalli pada tahun 1902 kemudian dimodifikasi oleh Charles Richter pada tahun 1956. Skala ini terdiri dari 12 pembagian intensitas gempa bumi dan
ditulis memakai huruf romawi. Skala intensitas gempa bumi (Modified Mercalli scale of eartquake
Intensity / MMI) :

1.      Tidak terasa kecuali oleh sangat sedikit orang pada lingkungan yang sangat memungkinkan untuk merasakan.

2.      Terasa oleh sedikit orang yang sedang istirahat diatas lantai dan benda yang tergantung tampak bergoyang.

3.      Terasa terutama bagi mereka yang berada di lantai atas tetapi tidak dirasakan sebagai gempa bumi. Getarannya seperti jika terdapat mobil/truk lewat.

4.      Dirasakan oleh beberapa orang terutama di dalam rumah. Mereka yang sedang tidur-tidur ayam akan terbangun dan getarannya seperti kalau ada truk berat yang lewat di samping kita. Mobil yang diam mengalami getaran. Jendela, pintu dan piring-piring bergetar.

5.      Terasa oleh semua orang yang berada di dalam rumah dan di luar dirasakan oleh banyak orang. Beberapa orang berhamburan ke luar rumah dan beberapa memecahkan piring, benda-benda terbuat dari gelas, dan juga jendela bergetar hebat. Pada dinding terdapat beberapa rekahan kecil pada plesternya. Menggerakkan benda-benda kecil, cairan mulai bergoyang dan bandul jam terganggu sehingga jam mati.

6.      Terasakan oleh semua orang dan membuat ketakutan sehingga berhamburan ke luar rumah. Beberapa rumah retak dindingnya. Piring, gelas dan kaca jendela banyak yang pecah. Buku-buku dan gambar di dinding berjatuhan, meja-meja bergerak, rak-rak terguling. Kerusakan ringan.

7.      Menakutkan semua orang, susah untuk berdiri. Kerusakan terdapat pada bangunan yang kurang baik konstruksinya, dan akan rusak erat bagi bangunan yang tua atau tidak baik konstruksinya. Beberapa cerobong asap runtuh. Terjadi tanah longsor kecil, menyebabkan air mengalami tubulensi.

8.      Ketakutan dan panik bagi sebagian orang. Mengganggu para pengendara mobil. Lemari pakaian yang berat roboh. Rumah yang baik perencanaannya pun mengalami kerusakan kecil, tetapi bangunan yang kurang baik perencanaannya akan runtuh. Sebagian besar tembok, cerobong asap, tower dan monumen berjatuhan. Air sumur terguncang dan rekahan muncul pada tanah basah.

9.      Panik bagi semua orang. Rusak bagi bangunan yang sudah direncanakan untuk tahan gempa bumi. Rekahan pada tanah sangat jelas. Pipa-pipa bawah tanah mengalami kerusakan. Pada endapan yang lunak, pasir dan lumpur dilemparkan ke luar.

10.  Sebagian rumah hancur, bangunan kayu dan jembatan rusak. Rekahan pada tanah menyebabkan kerusakan pada dam. Longsoran besar terjadi pada dinding yang curam dan pada tepi-tepi sungai. Rel kereta api meliuk ringan.

11.  Rumah-rumah hancur. Kerusakan besar pada dam. Tiang penyangga jembatan runtuh. Beberapa tanah longsor terjadi. Pipa-pipa bawah tanah tak berfungsi sama sekali. Rel kereta api meliuk berat.

12.  Kerusakan mendekati keseluruhan. Permukaan tanah tampak bergerakseperti gelombang. Benda-benda berhamburan ke udara.

Tsunami, kata ini berasal dari Jepang, tsu berarti pelabuhan, nami berarti gelombang. Tsunami dipergunakan untuk gelombang pasang yang memasuki pelabuhan. Pada laut lepas, misal terjadi gelombang pasang sebesar 8 m tetapi begitu memasuki daerah pelabuhan yang menyempit tinggi gelombang pasang menjadi 30 m. Tsunami biasa terjadi jika gempa bumi berada di dasar laut dengan pergerakan/pensesaran vertikal yang cukup besar. Tsunami juga bisa terjadi jika terjadi letusan gunung api di laut atau terjadi longsoran di
laut.

Korban gempa bumi pada umumnya diakibatkan oleh kejatuhan reruntuhan tempat tinggal mereka, sehingga kebanyakan korban menderita patah tulang atupun tergencet.

Proses di Permukaan Bumi

Permukaan bumi merupakan wilayah interaksi antara proses yang berasal dari dalam bumi (proses pembentukan batuan dan struktur geologi) dengan proses asal luar (siklus hidrologi, angin, dan iklim). Hasil dari interaksi tersebut di permukaan bumi dijumpai kenampakan gunung,
bukit, lembah, tebing yang curam, dataran luas, plateau, yang biasa disebut sebagai bentang alam. Klasifikasi bentang alam secara umum didasarkan kepada kelerengan dan letak ketinggiannya (diukur dari muka laut). Muka air laut dianggap sebagai batas ekuilibrium; jika berada di atas muka air laut cenderung akan terjadi erosi, sedangkan di bawah muka air laut akan terjadi sedimentasi. Lereng sebagai salah satu kenampakan penting di dalam bentang alam, di dalam waktu yang panjang akan berevolusi dan material permukaan pada lereng akan bergerak turun karena gaya gravitasi.

Faktor-faktor dinamik proses pembentukan bentang alam dapat dibedakan menjadi faktor pasif dan faktor aktif (gambar 1). Faktor pasif berkaitan erat dengan keadaan lapisan bawah permukaan dan produknya di bagian permukaan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh jenis litologi (batuan), kemiringan perlapisannya (perlapisan tegak, miring ataupun mendatar), strukturnya (banyakterdapat rekahan), dan posisinya di dalam bentang alam (pada lembah, tebing ataupun puncak). Faktor aktif berkaitan erat dengan agen erosi, yaitu: iklim, tektonika aktif (gempa bumi), dan perubahan sudut kelerengan, serta proses biologi.

Gambar . Dinamika proses di permukaan bumi (Campy & Macaire, 1989)
Faktor aktif: 1. Gravitasi, 2. Iklim, 3. Aksi biologi, 4. Tektonika aktif.
Faktor pasif: 5. Batuan/litologi, 6. Struktur yang telah ada, 7. Posisi di permukaan. a: Pelapukan, b: transport sedimen.

Akibat kombinasi unsur-unsur di kedua faktor tersebut, batuan akan mengalami degradasi menjadi tanah. Peristiwa ini biasa disebut sebagai pelapukan (weathering). Pelapukan dapat berlangsung secara fisis maupun kimiawi. Akibat pelapukan daya kohesi batuan menjadi berkurang dan jika tanah tersebut berada pada suatu lereng, dan akibatgaya gravitasi, maka akan bergerak ke bawah, baik secara perlahan (creeping) ataupun cepat (sliding). Selanjutnya oleh agen transport (air ataupun angin) tanah tersebut diangkut ke tempat yang lebih jauh
sebagai sedimen



Gambar  Pembentukan tanah dan transport sedimen (Campy &
Macaire, 1989) 1. Pelapukan/pembentukan tanah, ac: zona akumulasi. 2. Daerah gerakan tanah,
S: material larutan, Cr: creeping, r: gerakan tanah di permukaan. 3. Transport sedimen 3a: oleh air, 3b: oleh angin. A: batuan induk, B: batuan mengalami alterasi, C: regolit, D: komplek dasar lembah.

Secara umum, setiap daerah memiliki kondisi geologi yang unik, yaitu: sejarah, struktur atau kehadiran bidang diskontinyu, dan heteroginitas pada batuan atau tanah yang berbeda-beda sehingga ekstrapolasi jarang dapat dilakukan secara umum. Menurut Campy & Macaire (1989), sebagian longsoran berada di daerah longsoran purba yang mengalami reaktivasi secara periodik akibat kondisi eksternal yang luar biasa Dimensi unsur geologi juga mempengaruhi dimensi longsoran, semakin besar dimensi unsur geologi yang terlibat akan cenderung semakin besar cakupan gerakan tanah. Dari tinjauan di atas tampak bahwa struktur geologi hanyalah salah satu unsur geologi yang berperan di dalam kejadian bencana tersebut.



Gambar 3. Gerakan tanah akibat keadaan geologi dan struktur geologinya (Campy & Macaire, 1989)
a. Batuan sedimen berlapis, runtuhan dikontrol oleh kehadiran struktur
kekar
b. Longsor dikontrol oleh kemiringan bidang perlapisan

0 komentar:

Google Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Entri Populer

About Me

Foto Saya
aulia_rinaldy
Lihat profil lengkapku

Statistik visit

Chat me

Followers

pasang iklan

Klik saya